Cerita Sex Nikmatnya Dua Teman Meki Sempit

Cerita Sex ini berjudul “Nikmatnya Dua Teman Meki Sempit” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.

Ceritasexindo – Pada hari itu aku sedang menonton tv dikamar, saat itu juga Gina baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan pakaian baju tidur, kamar tidur kami memang dilengkapi dengan kamar mandi dalam dan TV, sehingga kami bisa tidur sambil tiduran, saat ini Gina sedang berbaring disampingku dan dia mau memejamkan mata untuk tidur.

“Gina! Kok langsung tidur sih?”
“Mm..?”

Gina membuka matanya. Lalu ia duduk dan menatapku. Kemudian ia tersenyum manis. Woow.. burungku semakin mengeras. Gina mendekatkan wajahnya ke wajahku. Tangannya yang lembut halus membelai wajahku. Jantungku berdetak cepat. Kurangkul tubuhnya yang mungil dan hangat. Terasa nyaman sekali. Gina mencium pipiku. “Cupp..!”

“Tidur yang nyenyak yaa..” katanya perlahan. Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sial benar. Cuma begitu saja? Aku terbengong beberapa saat.

“Gina!!” aku mengguncang-guncang tubuhnya.
“Umm.. udah maleem.. Gina ngantuk niih..”
Kalau sudah begitu, percuma saja. Dia tidak akan bangun. Padahal aku sedang birahi tinggi dan butuh pernyaluran. Si “Kesar” masih tegang dan penasaran minta jatah.
Begitulah Gina. Sebagai istri, dia hampir sempurna. Wajahnya cantik, tubuhnya indah, Bersih, padat. dan satu yang penting sifatnya baik dan menarik. Perhatiannya pada kebutuhanku sehari-hari sangat cukup.

Nafsuku terbilang tinggi. Sedangkan Gina, entah kenapa (menurutku) hampir tidak punya nafsu seks. Tidak heran meskipun sudah lebih setahun kami menikah, sampai saat ini kami belum punya anak. Untuk pelampiasan, aku terkadang selingkuh dengan wanita lain. Gina bukannya tidak tahu. Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya.

Nafsuku sulit ditahan. Rasanya ingin kupaksa saja Gina untuk melayaniku. Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, aku jadi tidak tega. Kucium rambutnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Gina. Siapa tahu dalam mimpi, Gina mau memuaskanku? Hehehe..

Esoknya saat jam istirahat kantor, aku makan siang di LippoMall. Tidak disangka, disana aku bertemu dengan Vina, sahabatku dan Gina semasa kuliah dahulu. Kulihat Vina bersama dengan seorang wanita yang mirip dengannya. Seingatku, Vina tidak punya adik. Ternyata setelah kami diperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Vina. Vira namanya. Heranjuga aku, kok saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnya kami makan satu meja.

Sambil makan, kami mengobrol. Ternyata Vira seperti juga Vina, tipe yangmudah akrab dengan orang baru. Terbukti dia tidak canggung mengobrol denganku. Ketika aku menanyakan tentang Joe (suami Vina, sahabatku semasa kuliah), Vina bilang bahwa Joe sedang pergi ke Surabaya sekitar duaminggu yang lalu untuk suatu keperluan.

“Paling juga disana dia main cewek!” begitu komentar Vina. Aku hanya manggut-manggut saja. Aku kenal baik dengan Joe, dan bukan hal yang aneh kalau Joe ada main dengan wanita lain disana. Saat Vira permisi untuk ke toilet, Vina langsung bertanya padaku. “Han, loe sama Gina gimana?”
“Baek. Kenapa?”
“Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main cewek. Kok bisa ya akur ama Gina?” Aku diam saja.
Aku dan Gina memang lumayan akur. Tapi di ranjang jelas ada masalah. Kalau dituruti nafsuku, pasti setiap hari aku minta jatah dari Gina. Tapi kalau Gina dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali!

Itu juga harus main paksa. Seingatku pernah terjadi dalam sebulan aku hanya dua kali dijatah Gina. Jelas saja aku selingkuh! Mana tahan?
“Kok diem, Han?” pertanyaan Vina membuyarkan lamunanku.
“Nggak kok..”
“Loo lagi punya masalah ya?”
“Nggaak..”
“Jujur aja deh..” Vina mendesak.

Kulirik Vina. Wuih, nafsuku muncul. Aku jadi teringat saat pesta di rumah Joe. Karena nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku pun hilang.
“Cerita doong..!” Vina kembali mendesak.
“Na.., loo mau pesta “assoy” lagi nggak?” aku memulai. Vina kelihatan kaget.
“Eh? Lo jangan macem-macem ya Han!” kecam Vina. Aduh.., kelihatannya dia marah.
“Sorry! Sorry! Gue nggak serius.. sorry yaa..” aku sedikit panik.
Tiba-tiba Vina tertawa kecil.
“Keliatannya loe emang punya masalah deh.. Oke, nanti sore kita ketemulagi di sini ya? Gue juga di rumah nggak ada kerjaan.”

Saat itu Vira kembali dari toilet. Kami melanjutkan mengobrol sebentar, setelah itu aku kembali ke kantor.
Jam 6 sore aku pulang kantor, dan langsung menuju tempat yang dijanjikan. Sekitar 10menit aku menunggu sebelum akhirnya telepon genggamku berdering. Dari Vina, menanyakan dimana aku berada. Setelahbertemu, Vina langsung mengajakku naik ke mobilnya. Mobilku kutinggalkan disana. Di jalan Vina langsung menanyaiku tanpa basa-basi.

“Han, loe lagi butuh seks ya?” Aku kaget juga ditanya seperti itu. “Maksud loe?”
“Lo nggak usah malu sama gue. Emangnya Gina kenapa?”
Aku menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.
“Na.. Gina itu susah banget.. dia bener-bener pelit kalo soal begitu.

Loe bayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggak pernah ngerespon. Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh penyaluran dong!
Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”
Vina tertawa. “Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiri diperkosa sih?”

“Dia nggak marah kok. Lagi gue perkosanya nggak kasar.”
“Mana ada perkosa nggak kasar?” Vina tertawa lagi. “Dan kalo dia nggak marah, perkosa aja dia tiap hari.”
“Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu..”
“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”
“Yah.. namanya juga kepepet.. Udah deh.. nggak usah ngomongin Gina lagi ya?”
“Oke.. kita juga hampir sampe nih..”
Aku heran. Ternyata Vina menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat. Dari tadi aku tidak menyadarinya.
“Vina, apartemen siapa nih?”
“Apartemennya Tasya. Pokoknya kita masuk dulu deh..”

Tasya menyambut kami berdua. Setelah itu aku menunggu di sebuah kursi, sementara Tasya dan Vira masuk ke kamar. Tidak lama kemudian Vina memanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Dan ketika aku masuk, si
“Kesar” langsung terbangun, sebab kulihat Vina dan Tasya tidak memakai pakaian sama sekali. Mataku tidak berkedip melihat pemandangan hebat itu. Dua wanita yang cantik yang wajahnya mirip sedang bertelanjang bulat di depanku. Mimpi apa aku?

“Kok bengong Han? Katanya lo lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Tasya lembut. Aku menurut bagai dihipnotis. Tasya duduk di ranjang.
“Ayo berbaring disini, Mas Hansen.”
Aku berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Tasya. Kulihat dari sudut pandangku, kedua bagian bawah payudara Tasya yang menggantung mempesona. Ukurannya lumayan juga. Tasya langsung melucuti pakaian atasku, sementara Vina melucuti pakaianku bagian bawah, sampai akhirnya aku benar-benar telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menandakan nafsuku yang bergolak.

“Gue pijat dulu yaa..” kata Vina.
Kemudian Vina menjepit kemaluanku dengan kedua payudaranya yang montok itu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu pada kemaluanku. Rasanya benar-benar nyaman. Kulihat Vina tersenyum kepadaku. Aku hanya mengamati bagaimana kedua payudara Vina yang sedang digunakan untuk memijat batang penisku.
“Enak kan, Han?” Vina bertanya. Aku mengangguk. “Enak banget. Lembut..”

Vina meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untuk mengenggam payudaranya. Dia membungkuk, sehingga kedua payudaranya menggantung bebas di depan wajahku.
“Han, Remas susu gue ya?” pintanya nakal. Aku dengan senang hati melakukannya. Kuperah kedua susunya seperti memerah susu sapi, sehingga Vina merintih-rintih.

“Ahh.. awww.. akh.. terus.. Han.. ahh.. ahh..” Payudara Vina terasa legit dan kenyal. Aku merasa seperti raja yang dilayani dua wanita cantik. Akhirnya Vina menghentikan pijatan spesialnya. Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “Kesar”.
“Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol lo belum ngerasain lidah gue ya?” kata Vina, dan kemudian dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si kontol gue tepat di bagian bawah lubangnya.

Aku langsung merinding keenakan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian kurasakan hangat, lembut, dan basah pada batang kemaluanku. Si “Keras” telah berada di dalam mulut Vina, tengah disedot dan dimainkan dengan lidahnya. Tidak hanya itu, Vina juga sesekali mengemut telur kembarku sehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat. Sedotan mulut Vina benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujung kemaluanku dengan kuat. Enaknya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alat kelaminku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan sperma.

“Vin.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”
Vina semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kontolku kumenyemprotkan sperma berkali-kali ke dalam mulut Vina. Lemas badanku dibuatnya. Tanganku yang beraksi pada payudara Tasya pun akhirnya berhenti. Vina terus mengulum dan menyedot kemaluanku, sehingga menimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aku tidak tahan dibuatnya.

“Aahh.. Vinaaa.. udahan dulu dong..!”
“Kok cepet banget keluar?” ledeknya.
“Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.” aku membela diri.
“Oke deh, kita istirahat sebentar.”

Vina lalu menindih tubuhku. Payudaranya menekan dadaku, begitu kenyal rasanya. Nafasnya hangat menerpa wajahku. Vina mengambil posisi diselangkanganku, menjilati kemaluanku. Gairahku perlahan-lahan bangkit kembali. Kuraba-raba kemaluan Vina hingga akhirnya aku menemukan daging kenikmatannya.
Kucubit pelan sehingga Vina mendesah perlahan. Kugunakan jari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut,
Sementara jari manisku kugunakan untuk mengorek liang sanggamanya. Desahan Vina semakin terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sementara itu Tasya terus saja menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Tasya mengosok-gosok mulut dan leher si “Kesar”, sehingga sekali lagi bulu kudukku merinding menahan nikmat.

Kali ini aku merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja aku membalik posisi tubuhku, menindih Vina yang sekarang jadi telentang. Dan langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku. Vina mendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Seluruh batang kemaluanku terbenam ke dalam rahim Vina. Aku mulai mengocok maju mundur.

Vina melingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Tasya yang menganggur Mengocok memeknya yang “becek” sambil mengamati kami berdua yang sedang bersatu dalam kenikmatan bersetubuh. Vina mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampai akhirnya berteriak saat mencapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku yang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.

Kucabut batang kemaluanku dari vagina Vina, dan langsung kuraih tubuh Tasya. Untuk mengistirahatkan si “Kesar”, aku menggunakan jari-jariku untuk mengobok-obok vagina Tasya. Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Tasya mengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur payudaranya, kanandan kiri. Tasya meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu. Setelah kurasakan cukup merangsang Tasya, aku bersedia untuk main course.

Tasya nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsung mengambil doggy style. Vaginanya yang dihiasi bulu-bulu keriting Nampak sudah basah kuyup. Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya dengan pelan tapi pasti. Tasya merintih-rintih keras saat proses penetrasi berlangsung. Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapa saat untuk menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan vagina Tasya.Hangat sekali, lebih hangat dari milik Vina. Setelah itu kumulai menyodok Tasya maju mundur.

Tasya memang berisik sekali! Saat kami melakukan sanggama, teriakan-teriakannya terdengar kencang. Tapi aku suka juga mendengarnya.Kedua payudaranya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakan kami. Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja kedua danging kenyal tersebut dan langsung kuremas-remas sepuasnya. Nafsuku semakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat Tasya semakin keras mengeluarkan suara. “Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Tasya dengan lantang.

Tasya terkulai lemas, sementara aku terus menyetubuhinya. Beberapa saat kemudian aku merasa mulai mendekati puncak kepuasan.
“Tasss.. gue mau keluar nih..”
Tasya langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsung mengulum kemaluanku sehingga akhirnya aku memuntahkan spermaku di dalam mulut Tasya, yang ditelan oleh Tasya sampai habis.
Aku berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya. Vina berbaring di sisiku. Payudaranya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku.Tasya masih membersihkan batang kemaluanku dengan mulutnya.

“Gimana Han? Puas?” Vina bertanya.
“Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”
“Gue mandi dulu ya?” Tasya memotong pembicaraan kami. Lalu ia menuju kamar mandi.
“Gue begini juga karena gue lagi pengen kok. Joe udah dua minggu pergi. Nggak tau baliknya kapan.” Vinai menjelaskan.
“Nggak masalah kok. Gue juga emang lagi butuh sih. Lain kali juga gue nggak keberatan.”
“Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, Cuma pengen balas dendam ama Joe. Dia suka selingkuh juga sih! Beda kasusnya ama loe!”

Aku diam saja. Vina bangkit dari ranjang dan mengingatkanku.
“Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Gina bingung lho!”
Aku jadi tersadar. Cepat-cepat kukenakan pakaianku, tanpa mandi terlebih dahulu. Setelah pamit dengan Tasya, Vina mengantarku kembali ke Lippomall. Disana kami berpisah, dan aku kembali ke rumah dengan mobilku.

Di rumah, tentu saja Gina menanyakan darimana saja aku sampai malam belum pulang. Kujawab saja aku habis makan malam bersama teman.
“Yaa.. padahal Ginaa udah siapin makan malem.” Gina kelihatan kecewa. Sebenarnya aku belum makan malam. Aku lapar.
“Ya udah, aku makan lagi aja deh.. tapi aku mau mandi dulu.” Kataku sambil mencium dahinya.
Gina kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.