Cerita Sex Bercinta Dengan Kakak Kelas Tetek Kenyal

Cerita Sex ini berjudul “Cerita Sex Bercinta Dengan Kakak Kelas Tetek Kenyal” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.

Ceritasexindo – Waktu itu tahun 1988 saat saya baru saja menjadi mahasiswa semester satu sebuah perguruan tinggi komputer terkenal di Depok (di sebelah sebuah universitas negeri beken). Seluruh mahasiswa baru ketika itu diwajibkan ikut kegiatan Jambore dan Bakti Sosial (Jambaksos) yang diadakan di sebuah areal perkemahan di daerah Sukabumi, Jawa Barat.

Pada hari yang ditentukan, siang hari kami semua bersiap-siap di kampus tercinta, kemudian segera diberangkatkan dengan menggunakan beberapa truk bak terbuka. Setelah menempuh perjalanan lebih kurang tiga sampai empat jam, diakibatkan ada salah satu truk yang salah jalan sehingga semua truk lain harus diam menunggu sejenak di suatu tempat, akhirnya kami tiba di tempat tujuan kami. Hari sudah mulai gelap. Kulihat sekeliling kami. Uh, seram juga. Suasana sunyi dan gelap, maklum di daerah pegunungan yang tidak terlalu banyak penduduknya. Yang terdengar hanya suara mesin diesel truk yang cukup berisik. Akhirnya dengan konvoi truk satu persatu, kamu menuju tempat terbuka sebagai tempat parkir truk-truk yang kami tumpangi tersebut. Sudah sampai?, Belum! Kami masih harus berjalan kaki lagi beberapa jauh melalui jalan setapak untuk mencapai tempat di mana kami akan mendirikan tenda-tenda kami.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat kami memasuki area perkemahan. Wah! Ternyata area perkemahan sudah diterangi oleh beberapa lampu sorot yang cukup besar kekuatannya, yang sudah disiapkan oleh tim panitia yang telah mendahului kami ke sana satu hari sebelumnya. Mereka juga telah mendirikan dua buah MCK darurat. Satu khusus cewek dan satu khusus cowok. Dengan tubuh sedikit letih akibat perjalanan yang cukup jauh, kami pun mendirikan tenda masing-masing dengan bimbingan beberapa orang panitia. Satu tenda diisi oleh satu grup yang terdiri dari empat sampai lima orang. Cewek dan cowok pisah tenda. Katanya sih, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan! Saya memang sial, grup saya semuanya terdiri dari anak-anak yang belum saya kenal. Saya memang orangnya pemalu dan agak penakut, sehingga kurang cepat dalam bergaul. Setelah makan malam dan sedikit waktu istirahat, diadakan briefing mengenai jadwal kegiatan Jambaksos di hari-hari berikutnya. Briefing inilah satu-satunya acara yang diadakan pada hari pertama itu.

Tengah mengikuti briefing, tiba-tiba saya merasa ingin pipis. Saya ragu-ragu untuk turun ke MCK yang didirikan di tepi sungai yang mengalir dekat perkemahan kami. Saya yang memang dasar penakut, urung ke MCK tersebut. Habis jalan ke sana cukup jauh lagipula gelap sekali. Sementara untuk meminta dampingan salah seorang panitia malu rasanya. Akhirnya saya putuskan pergi ke balik semak yang sekelilingnya sepi dan agak tersembunyi serta agak jauh dari kerumunan orang-orang yang sedang mengikuti briefing.

Ah.., Lega rasanya setelah saya mengeluarkan seluruh isi kantung kemih saya. Mungkin kalau ditampung di botol, setengah liter ada. Saya memang menahan pipis dari waktu masih di daerah Bogor saat perjalanan menuju kemari. Apalagi ditunjang oleh dinginnya udara pegunungan di sini sampai ke sumsum tulang.

“Hi hi hi hi.., Hei, ngapain kamu di situ?!” Tampak dua orang panitia datang ke arah saya sambil cengengesan. Saya mengenal mereka, yang satu namanya Lina (bukan nama sebenarnya), yang rambutnya sepundaknya sedikit kecoklatan, sedangkan yang rambutnya hitam pekat dipotong pendek adalah Rita (juga bukan nama sebenarnya). Kedua-duanya tinggi tubuhnya hampir sama. Sama-sama cantik dan sama-sama sensual. Payudara merekapun termasuk berukuran besar dan membulat, dengan milik Rita sedikit lebih besar ketimbang milik Lina. Ini kelihatan dari balik kaus oblong cukup ketat yang mereka kenakan. Mereka berdua adalah anggota seksi P3K.
“Saya.., saya lagi buang air, Kak”, jawab saya dengan takut-takut. Tapi Lina dan Rita malah mendekati dan melompat turun ke tempat persembunyian saya yang letaknya sedikit di bawah areal perkemahan itu.
“Kenapa kamu pipis di sini, hah?, Bukannya kita sudah punya MCK sendiri di sana?”, tanya Lina.
“Habis, saya takut, Kak.” Saya masukkan penis saya dan saya naikkan kait retsleting celana saya. Lina dan Rita tertawa melihat perbuatan saya.

“Eit! Ini garasi jangan ditutup dulu”, kata Rita sambil meremas selangkangan saya. Ouch! Kemudian tangannya membuka kembali retsleting yang sempat saya tutup.
“Wow! Ta, lihat, doi nggak pake celana dalam!”, Saya memang jarang mengenakan celana dalam bila pergi ke mana-mana.
“Mana, Lin? Gue mau lihat”, sahut Rita mendekati selangkangan saya. Rita memberi tempat kepada Lina. Lina memasukkan tangan kanannya ke dalam celah retsleiting saya. Dia mengelus-ngelus senjata saya dengan tangannya yang hangat, membuat saya mulai menggelinjang menahan nikmat.
“Ta, doi belum disunat! Kamu pernah main sama penis yang belum disunat?”, Lina mengeluarkan penis saya dari dalam sangkarnya. Rita hanya mengangkat bahunya saja.
“Eh, Oom Senang. Ini hukuman kamu karena sudah buang air sembarangan! Sekarang kamu diam aja yah!”, kata Lina sedikit melotot.

Lina mendekatkan penis saya ke mulutnya. Beberapa detik kemudian mulutnya telah asyik melumat penis saya. Ah, penis saya itu semakin mengeras. Ini menambah keasyikan tersendiri bagi Lina yang terus mengulum penis saya yang meskipun tidak terlalu panjang namun berdiameter cukup besar. Mata saya hampir mencelat keluar sewaktu Lina menjilat-jilati ujung penis saya yang tegang menjulang. Gelitikkan lidahnya yang nikmat mulai membangkitkan gairah birahi saya yang selama ini terpendam.

“Lin! Bagi dong gue! Jangan kamu habisin sendiri!”, Rita tidak mau kalah. Ia mengarahkan tangannya ke belakang pinggang saya, lalu dipelorotkannya celana panjang saya ke bawah sehingga menampakkan penis saya yang tampak sudah siap tempur. Dinginnya udara malam yang menusuk kulit paha saya yang telanjang tidak terasa, terhapus oleh kenikmatan yang sedang saya alami di selangkangan saya. Kemudian Rita mendekatkan bibirnya yang ranum dengan sapuan lipstik tipis ke penis saya. Lalu dengan lahapnya mereka berdua menguasai penis saya dengan kuluman dan jilatan lidah mereka yang bertubi-tubi, membuat tubuh saya seperti tersentak-sentak merasakan kenikmatan yang aduhai ini.

“aah.., Kak.., saya sudah mau keluar..”, kata saya mendesah-desah. Tapi Lina dan Rita tidak mempedulikannya. Mereka masih asyik menjelajahi seluruh permukaan selangkangan saya dengan mulut dan lidah mereka yang seperti ular. Akhirnya dengan dua-tiga kali kedutan, saya memuntahkan seluruh cairan kental isi penis saya ke wajah Lina.
“Ma.. Maaf, Kak. Saya nggak sengaja.” Lina bukannya marah melainkan malah tersenyum senang. Dijilatinya air mani saya yang ada di wajahnya.
Mengetahui bahwa dirinya tidak kebagian cairan nikmat saya, Rita menjulur-julurkan lidahnya ke arah wajah Lina. Ia ikut menjilat-jilati wajah Lina seperti meminta bagian. Lina tampaknya mengalah. Tiba-tiba bibirnya yang merah merekah mencium bibir Rita. Dan Rita pun membalasnya. Sementara tangannya mulai meremas-remas dua tonjolan bulat yang ada di dada Lina.
“Ah.. Rit.. Terusin.. Ah..” Persetujuan Lina ini membuat Rita melanjutkan kegiatannya. Ia melepaskan kaus oblong yang dikenakan Lina. Kemudian tangan kirinya diselipkan ke balik BH Lina yang berwarna putih. Diremas-remasnya payudara mulus Lina yang bulat membusung. Sesudah itu tangannya beralih ke punggung Lina. Dibukanya pengikat BH Lina. Dan tak terhalangi lagi payudara Lina yang indah seperti buah mangga harumanis yang ranum, dengan puting susunya yang tinggi menjulang menggemaskan dikeliling oleh lingkaran kemerahan yang cukup lebar. Tanpa mau melepaskan kesempatan emas ini, mulut Rita langsung melumat puting susu Lina yang mulai menegang. Dengan lidahnya yang menjulur-julur seperti ular, dijilatinya ujung puting susu yang menggairahkan itu. Sekali-sekali disedotnya puting susu itu, membuat mata Lina mendelik kenikmatan.
Melihat perbuatan kedua senior saya itu, tak saya sadari, penis saya yang tadi sudah loyo bangkit kembali dan semakin mengeras.

Sekonyong-konyong Lina melepaskan diri dari jamahan Rita. Ia memandangi temannya dengan wajah seperti memohon. Rita pun memahami apa maksud Lina. Ia menanggalkan semua pakaian yang dikenakannya, lalu merebahkan tubuh bugilnya yang mulus di rumput dengan beralaskan pakaian yang telah dilepasnya tadi. Mulut Lina langsung menyergap payudara Rita yang berukuran besar laksana buah pepaya bangkok tapi tampak kenyal dan kencang. Lidahnya menjelajahi setiap inci bagian payudara temannya yang memang indah dan membusung itu, termasuk celah-celah yang membelah kedua bukit kembar dengan ujungnya yang mencuat tinggi itu. Dengan mahir Lina menggesek-gesekkan ujung lidahnya yang basah ke ujung puting susu Rita yang tinggi dan keras, membuat Rita menggerinjal keras sementara mulutnya mendesis-desis bak ular yang siap menerkam mangsanya. Sementara tangan kirinya menelusuri selangkangan Rita. Ia mempermainkan clitoris memerah yang ada di bibir vagina Rita. Diusap-usapnya daging kecil pembawa nikmat itu dengan halusnya dengan jari tengahnya. Diimbangi dengan gerakan naik-turun pantat Rita yang bahenol itu. Kemudian dengan sekali gerakan, Lina menyodokkan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manisnya sekaligus ke dalam vagina Rita, membuat tubuh temannya ini terhentak keras ke atas. Rita tampak memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang tidak bisa ditandingi oleh apapun di dunia ini ketika Lina memainkan ketiga jarinya itu masuk-keluar vagina Rita, makin lama makin cepat.

Menyaksikan pemandangan yang indah ini, insting kelaki-lakian saya mendorong saya menghampiri kedua cewek yang tengah dilanda nafsu birahi itu. Dengan sedikit rasa takut dan ragu-ragu, saya pegang pinggang Lina. Setelah menyadari tidak adanya penolakan, membuat rasa keberanian saya timbul, ditambah oleh rasa aneh di selangkangan saya yang sudah minta untuk dilampiaskan. Saya membuka retsleting celana panjang Lina kemudian saya turunkan celana panjang itu berikut celana dalam yang dipakainya sampai sebatas mata kaki. Seketika itu juga tercium aroma khas nan segar dari selangkangan Lina yang terpampang bebas. Tanpa menunda-nunda lagi, saya segera menghunjamkan penis saya ke dalam vagina Lina dengan keras dari belakang, membuat cewek itu menjerit kecil, “Ouuhh..”

“Ah.., terusin.., lebih kencang.., lebih dalam..,. Ouhh..”, Desah-desahan penuh kenikmatan dari Lina membuat saya tambah bernafsu. Saya semakin mempertinggi intensitas masuk-keluarnya gerakan penis saya di dalam vagina Lina, mengakibatkan tubuh molek gadis itu berguncang-guncang dengan keras. Kedua payudaranya yang menggantung molek di dadanya dan ikut bergoyang-goyang mengimbangi guncangan tubuhnya sedang dilumat oleh Rita. Puting susunya yang menjulang itu tengah diisap-isap oleh temannya, semakin membuat Lina mendesah-desah hebat. Sementara di bagian bawah, saya masih mempermainkan penis saya terus-menerus di dalam vaginanya, membuat Lina kehilangan keseimbangan. Tubuhnya yang putih dan mulus jatuh menindih tubuh Rita yang ada di bawahnya. Namun ini tidak menghentikan permainan kita.
“uuh.., Kak.., Saya sudah mau keluar.., Mau.., di dalam.., atau.., di luar..?”, Saya merasakan sudah tidak mampu lagi menahan gejolak yang ada di burun saya.
“hh.., Di dalam aja.., Ouhh..”, jawab Lina sambil terus menggerinjal. Akhirnya permainan kita usai sudah, diakhiri dengan ditembakkannya lagi cairan-cairan kental berwarna putih dari penis saya ke dalam vagina Lina. Saya dengan penis masih berada di dalam vagina Lina terkulai lemas di samping tubuh cewek itu yang dengan lemas masih menindih tubuh Rita yang kelihatannya kurang puas.
“Kamu masih punya hutang lho sama gue”, kata Rita mengingatkan saya. Saya tidak menjawab, hanya mengangguk saja.

Lima menit lamanya kami terdiam. Setelah itu kami bangkit dan membereskan pakaian kami kembali, bersamaan dengan selesainya acara briefing malam itu. Dengan mengendap-endap setelah menengok ke sekeliling terlebih dahulu kami bertiga keluar dari tempat persembunyian kami, kemudian dengan perasaan sepertinya tidak pernah terjadi apa-apa, kami kembali ke tenda kami masing-masing untuk bergabung dengan teman-teman lainnya.
“Eh, kamu tadi ngapain bertiga sama Kak Rita dan Kak Lina?”, tanya salah seorang teman saya satu tenda. Saya hanya tersenyum penuh arti.