Selingan Ranjangku Part 9

Cerita Sex ini berjudul ”Selingan Ranjangku Part 9” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2017.

Ceritasexindo – Sebagai seorang pemuda pekerja yg berprestasi sudah dipastikan bahwa akan banyak pekerjaan yg menumpuk yg siap ditunggu deadline. memang cita-citaku sejak kecil adalah sebagai orang kantoran yg sibuk dan penuh tantangan, maka hal ini aku sikapi dengan sangat terbuka dan bahagia.

pagi ini suasana kota sungguh ramai. kota ini memang selalu ramai, destinasi wisata nomor 1 di Indonesia, dengan lonjakan wisatawan yg meningkat tiap tahunnya. suasana kantor masih sepi dan sejuk, meja ruanganku masih rapi dan OB sudah datang untuk mengantar kopi kesukaanku.
“mari pak Heri, kopinya”, ujar OB yg bernama Didi.
“makasih, Di. gimana anak istri sehat kan”, tanyaku padanya, aku selalu memperlakukan bawahan maupun atasan layaknya orang yg pantas mendapatkan hormat, tak ada perbedaan.
“sehat bapak, hanya saja anakku akan ujian akhir SD, sedikit khawatir saya”, terangnya dengan sopan dan lembut.
“bukannya anakmu pintar, Di?”, tanyaku kembali sambil minum kopinya Didi.

“tetep aja sih bapak, sebagai orang tua pasti khawatir”, balasnya lagi. Solaire99
“terus rencanamu?”, tanyaku.
“hanya mendoakan agar dapat hasil terbaik bapak”, balasnya kembali.
“hmmm iya, saya juga turut mendoakan Di, kalau butuh untuk biaya bimbingan belajar, bilang ya, Di, gak usah sungkan sama saya”, ucapku dengan menatap Didi.
“ah bapak, terimakasih, tapi saya tidak ingin merepotkan bapak”, ujar Didi terus terang.
“bukan gitu, Di. aku sangat concern dengan pendidikan, kalau bisa anakmu bisa sekolah terus dan kerja di tempat yg bagus”, aku menerangkan pada Didi.
“iya bapak, jangan sampai seperti saya”, terangnya.
KNOCK KNOCK~
“maaf bapak, saya pamit dulu”, ujar Didi setelah mendengar akan ada yg masuk.
“oke Di, kalau ada apa-apa bilang ya”, kataku padanya.

lalu setelah Didi keluar, kolega satu department ku memasuki ruangan. aku menjabat sebagai kepala bidang kerjasama, yg memiliki tim berjumlah 4 orang. kolega yg bernama Tony, bersama dia aku sering ditugaskan untuk keluar kantor menjalin hubungan dengan para mitra maupun kantor pusat. terakhir penugasan bersamanya kurang lebih sebulan lalu ke kantor pusat.

“Dri, masih pagi kopinya udah tinggal separuh”, ujarnya langsung nyelutuk, dia menjabat sebagai wakilku.
“mumpung panas enak”, balasku, “ada apaan nih? bawa kertas apaan itu?”, lanjutku.
“haha, surat perjalanan dinas, minta tanda tangan, untuk penugasan pak Denny ke Indonesia timur”, terangnya sambil menyodorkan kertas.
“udah lama ya kita gak dapet tugas haha”, balasku sambil menandatangani surat itu.

“ya baguslah, istriku hamil tua, gak bisa ninggal aku, ntar kalau ada lagi, kamu aja berangkat sama yg lain”, terang dia sangat ringan.
“laah, yg cowok di department kita hanya aku dan elu, lainnya Tasya sama Mariska, apa bisa pergi lama-lama”, ujarku sambil nada meninggi.
“ya bisa lah, thats the job dude”, ujar Tony.
“iya sih, kadang aku prihatin dengan para pekerja yg enggan di tempatkan di pelosok, then kenapa mereka daftar kerja itu kalau gak mau ditempatkan di seluruh wilayah Indonesia”, terangku dengan sedikit memanas.
“hmmm anakmuda jaman sekarang pada manja! udah aku mau balik ke ruangan”, kata Tony sambil berjalan.
di dalam department ini, memang tugasnya sering penugasan diluar, aku dan Tony memang partner yg tidak punya lelah dan semangat, makanya mendengar perkataan Tony jika dia tak bisa turut serta jika ada penugasan membuatku sedikit gelisah.

selain Tony, di departmentku ada Tasya dan Mariska, mereka berdua pegawai wanita yg masih berusia 26 tahunan, yg tugasnya lebih sering berurusan dengan surat menyurat, tidak pernah penugasan diluar. dari penampilannya, Tasya malah seperti model yg cantik dan tinggi, jadi aku kurang yakin dengan kebugarannya saat penugasan. sedangkan Mariska berbadan tebal dan semok, sehingga sungguh membentuk pantat dan payudaranya menjadi sangat indah ditambah wajahnya yg macam wanita yg haus nafsu, itu hanya menurut pandanganku, namun dari tutur katanya dia menggambarkan sebaliknya.

sebenarnya selain kami berempat ada beberapa staff lokal, namun biasanya tugas untuk menjalin hubungan dengan mitra maupun pusat memang sudah menjadi bagian staff posisi atas untuk mengeksekusi tugas tersebut, maka opsi untuk membawa staff lokal akan susah untuk dijalankan. tapi, selama belum ada surat tugas di mejaku, aku tak akan memikirkannya siapa yg aku bawa.

tugas belum selesai separuh, tak terasa waktu sudah menginjak tengah hari. kondisi kantor yg sedang sibuk, banyak para pekerjanya makan di depan kompuetrnya. kali ini istirahat makan siang pun aku berada di lounge departmentku di temani oleh Tony dan Didi, bagi Didi sebenarnya ingin melayaniku mengambilkan makan maupun minum buatku, namun karena aku sudah pesan makan dari luar, maka aku ajak sekalian makan denganku. sebagai OB bisa makan dengan bos-bosnya merupakan kesempatan langka.

“ayo Ton, ayo Di, masih banyak ini nasi padangnya”, ujarku sambil terus makan, “eh Tasya sama Mariska mana?”, lanjutku yg sebenarnya menyiapkan makanan untuk mereka juga.
“tadi bu Tasya keluar naik taksi sama bu Mariska pak”, terang Didi sambil malu-malu mengambil lauk untuk dirinya.
“hmmm, mereka berdua udah menikah ya Dri?”, tanya Tony padaku.
“heeh inget, istrimu lagi hamil”, bentakku sambil canda.
“haha istri hamil, guwe libur bos”, candanya.
kami berdua lalu melanjutkan makan sambil bercanda, hingga beberapa saat kemudian kedua pegawai wanita yg kumaksud tadi memasuki lounge untuk menuju ruangannya

“mbak Tasya dan mbak Mariska, kemana aja? ayo makan siang ini sudah saya belikan makan siang”, ajakku pada mereka.
“maaf bapak, kami tadi sudah makan, terimakasih, mari bapak”, ujar mereka dengan sopan dan akan langsung menuju ruangannya. sedangkan Tony matanya tak lepas dari mereka berdua, Tasya dan Mariska menggunakan rok span diatas lutut yg membuat kaki mulusnya terekspose dengan indah.
“wooo udah, lha ini sudah saya belikan makanan lho”, protesku pada mereka.
“maaf bapak, tapi kami sudah makan, buat mas Didi saja”, ujar lembut Tasya pada kami.
“woo next time makan aja disini sama kami”, jawabku sambil memakan makananku.
“baik, bapak, mari”, lanjut Mariska yg lantas berjalan berdua menuju ruangannya, gelagat mereka masih sangat kaku dan malu-malu didepan atasannya, tipikal anak baru.

“bos, paha mulus gitu mana tahan”, ujar Tony dengan berbisik pada kami.
“haha parah lu, pegawai sendiri dijelalati parah lu”, balasku.
“haha gimana Di, manteb yg mana?”, tanya Tony pada Didi.
“mana aja deh pak yg mau sama OB haha tapi pak, saya sering mendengar obrolan nakal kalau pas pada lembur”, ujar Didi berbisik.
“siapa Di, Tasya atau Mariska?”, tanya Tony penasaran.
“hmmm bukan pak, tapi sesama antar pegawai gitu, kadang ngobrolin masalah selangkangan juga”, terang Didi. aku pun tak kaget, karena di lingkungan kerja yg penuh tekanan membuat kepala pening, salah satu cara agar tetap seimbang yaitu mengeluarkan cairan putih kental melalui saluran bawah. sudah jadi rahasia umum, tapi aku tetap tenang dan tetap mendengarkan cerita Didi.
Tony dan Didi terus ngorbol tak ada habisnya, terutama membahas masalah lakang, aku hanya senyam senyum berada dikursiku.
“ahh udah ah, balik ruangan dulu”, ujar Tony sambil berdiri, “bos, makasih nasi padangnya ya”, lanjutnya padaku.
“sante lah, Di, beresin ya”, perintahku pada Didi.
“siap bapak”, balasnya.

lantas aku pun berjalan menuju ruanganku kembali dengan tumpukan kertas dan berkas yg berada diatas meja yg sama sekali belum sempat aku sentuh. namun didalam kepalaku dipenuhi dengan cerita antara Didi dan Tony yg nasi padang menjadi mediatornya.

Tasya dan Mariska memang pegawai yg baru penempatan sekali, mereka berdua seangkatan maka kemanapun mereka selalu bersama. mereka masih sungkan untuk ngobrol santai dengan kami, akupun maklum. yg kuketahui dari mereka, yaitu sudah menikah dan memiliki anak. secara pribadi, aku lebih tertarik dengan Tasya, badannya yg tinggi dan ramping membuat kakinya jenjang dan ditambah dengan highheels menjadikannya semakin seksi dan cantik. rambutnya yg lurus dan tutur bahasanya yg lembut, jadi ada pikiran nakal kalau mulutnya aku jejali dengan kontol 18cm ku.

tak terasa kontolku mulai mengeras membayangkan bawahanku, membayangkan jika dia nungging dan aku mengangkat roknya, dan memasukkan kontolku melalui belakang. aku duduk santai pada kursiku, memejamkan mata dan tangan kananku mengelus-elus kontolku dari luar dan membayangkan itu terjadi.
“errgghmmm ergghmmmm maaf bapak Heri”, ujar suara wanita mengagetkanku yg sedang merem melek keenakan.
“ehhhh ehhh iya, mbak Tasya hmmmm”, balasku salting diiringi dengan merapikan jasku, yg ternyata Tasya sudah membuka pintu dan entah apakah dia melihat yg aku lakukan.

“maaf, saya menganggu istirahat bapak yah”, lanjutnya.
“oh enggak kok, bagaimana, mbak?”, tanyaku yg lalu Tasya mendekat dan berdiri didepan mejaku.
“iya pak, saya barusan dapat telepon dari mitra, untuk membahas lanjutan rapat yg kemarin, apakah sudah ada putusan”, terangnya.
lalu kami berdua ngobrol cukup lama, namun yg aku perhatikan Tasya ngobrol dengan kondisi yg kikuk juga, aku menjadi tak nyaman dan khawatir kalau dia melihat tanganku tadi yg sedang memegangi kontol.
“baik pak, terimakasih”, balasnya setelah selesai dengan obrolan tadi dan dia berjalan keluar, saat berjalan keluar aku hanya memandangi pantatnya dan body nya yg sangat bagus bagaikan gitar spanyol dari belakang mejaku.

“ohh Tasya, badanmu bagus banget, maaf ya Tasya, nanti jadi bahan coliku waktu aku mandi”, ujarku dalam hati. aku memang masih sering coli karena jatah seks ku yg minim bersama istri, walau begitu aku tak memiliki nyali untuk berseligkuh. istriku terlalu sempurna untuk aku jahati.

Kisah Seks, Cerita Sex, Cerita Panas, Cerita Bokep, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Sex Bergambar, Cerita ABG, Cerita Sex Tante, Cerita Sex Sedarah, Cerita Sex Pasutri