Kenikmatan Tubuh Para Perawat Di Bandung

Ceritasexindo – Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap.

Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Ratih. Walaupun begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah dengan maksud untuk melakukan sex during lunch. Sayang, di waktu tersebut ternyata Ayah Rudi senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan.

Ratih diminta oleh Ayah Rudi untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Rudi memang tidak terlihat dari tempat dimana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang semampai perawat itu dari belakang. Ratih terkejut dan tertawa kecil ketika sadar siapa yang memeluknya dan tanpa basa basi langsung menyambut ciumanku dengan bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku. Ia memang sudah tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Janda cantik itu sudah menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan gairahnya. Kadang aku tidak mengerti, kenapa suaminya tega meninggalkannya.

Namun analisaku mengatakan, suaminya tak mampu mengimbangi gejolak gairah Ratih di atas ranjang dan untuk menutupi rasa malu yang terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dengan perempuan lain yang lebih low profile. Aku memang belum sempat menanyakan pada Ratih bagaimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya di saat menjanda. Aku berpikir, bahwa masturbasi adalah jalan satu-satunya. Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku menyelipkan tanganku ke balik baju perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai BH sehingga dengan mudahnya kuremas buah dada kanannya yang ranum itu.

“Kok ngga pakai BH Mbak..?” Sambil menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal, “Supaya gampang diremas sama kamu…”

Benar-benar jawaban yang menggemaskan! Kembali kukulum bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaku, dengan tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhisap sedemikian rupa sehingga hampir setengahnya masuk ke dalam mulutku.

Ratih mulai mengerang kegelian, “Ouhh.., geli Mas.., geliii.., ahh…” Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku Mas. Sambil menggelinjang dan merintih, tangan kanan Ratih mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku. Penisku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala penisku untuk kemudian digosok-gosoknya dari luar celana.

Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dengan sigap kugosokkan jari jemariku di celana dalamnya. Tepat di atas vaginanya, celana dalam Ratih terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehingga vaginanya sudah siap untuk dimasuki oleh penisku. Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalam tipis yang kali ini berwarna hitam, kudorong tubuh montok perawat itu ke dinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel di pinggangku. Dengan sigap pula kubuka resleting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang dan besar itu. Ratih sudah nampak pasrah.

Ia hanya bersender di dinding sambil memejamkan matanya dan memeluk bahuku. “Ratiiihhhh.., mana minyak tawonnya.., kok lama betuul.” Suara orang tua itu terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan.

Ratih sempat terkejut dan nampak panik ketika kemudian aku berbisik, “Tenang Mbak.., jawab aja.., kita selesaikan dulu ini.., kamu mau kan?” Ia mengangguk seraya tersenyum manis.

“Sebentar Pak..,” teriaknya. “Minyak tawonnya keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kok.” Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri. Namun tawanya itu langsung berubah menjadi jeritan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala penisku ke selangkangannya.

Perlahan-lahan kutempelkan kepala penisku itu di pintu vaginanya. Sambil kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan.

Ratih ternganga sambil terengah-engah, “aahh.., aahh.., ouhh.., Mas.., besar sekali.., pelan-pelan Mas.. pelan-pelanhh..,” dan, “aaaaa…” Ratih menjerit kecil ketika kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang becek dan terasa sangat sempit dalam posisi berdiri ini.

Aku menyodokkan penisku maju mundur dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Ratih terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiri dan kanan dan jeritannya semakin menjadi-jadi. Aku sudah tak peduli kalau ayah Rudi sampai mendengarkan jeritan perempuan itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Janda muda ini memang memiliki daya pikat seks yang luar biasa. Walaupun ia hanya seorang perawat, namun kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dengan perempuan kota zaman sekarang. Sangat terawat dan nikmat sekali bila digesek-gesekkan di kulit kita. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat.

Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap puting buah dadanya yang meruncing panjang dan keras itu. Buah dadanya yang kenyal itu hampir seluruhnya dibasahi oleh air liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Ratih menegang.

Kupercepat gerakan pinggulku dan tiba-tiba, “aahh.., Mas.., Masss, aku keluarrr.., aahh,” Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan penisku ke dalam vagina janda muda itu sekeras-kerasnya dan, Craat.., craatt.., craat.

“Ahh, Mbaak,” erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh bersamaan itu. Kami berpelukan sesaat dan Ratih berbisik dengan suara serak, “Mas.., aku ngga pernah dipuasin laki-laki seperti kamu muasin saya.., kamu hebat…”

Aku tersenyum simpul. “Mbak…, aku masih punya 1001 teknik yang bisa membuat kamu melayang ke surga ke 7.., ngga bosan kan kalo lain waktu aku praktekkan sama kamu?.”

Perlahan Ratih menurunkan paha kanannya dan mencabut penisku dari vaginanya. “Bosan? Aku gila apa.., yang beginian ngga akan membuatku bosan.., kalau bisa tiap hari aku mau Mas…”

Benar-benar luar biasa libido perempuan ini. Beruntung aku mempunyai libido yang juga luar biasa besarnya. Sebagai partner seks, kami benar-benar seimbang. Setelah kejadian siang itu, aku dan Ratih seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi. Walaupun demikian, aku tekankan pada Ratih, bahwa hubungan antara aku dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu birahi saja. Aku dan dia punya hak untuk berhubungan dengan orang lain.

Ratih si janda muda yang sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu saja menyetujuinya. Suatu hari, Ratih masuk ke dalam kamarku dan ia berkata, “Mas, aku akan mengambil cuti selama 1 bulan. Aku harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku…”

“Lha…, kalau Mbak pulang, siapa yang akan mengurusi Bapak?,” tanyaku sambil membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan.

“Mas Rudi bilang, akan ada adik Bapak yang akan menggantikan aku selama 1 bulan.., namanya Mbak Tia…, dia ngga kimpoi.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baik kok.., cerewet.., tapi ramah.”

Yah apa boleh buat, aku terpaksa kehilangan seorang teman berhubungan seks yang sangat menggairahkan. Hitung-hitung cuti 1 bulan, atau kalau berpikir positif, its time to look for a new partner!!!