Merasakan Bibir Jilbab Cantik

Aku sendiri Ani, 31 tahun, cukup cantik, bahkan menurut tetanggaku aku sangat cantik, hingga mereka bilang aku mirip Ussy Sulistiowati, itu lho pembawa acara KDI yg berpasangan dgn Ramzi di stasiun televisi TPI.

Setiap keluar rumah, aku selalu memakai jilbab panjang yg tersampir hingga pinggang, lengkap dgn jubah panjang yg menutupi seluruh tubuh. Aku pun aktif di pengajian-pengajian yg sering diadakan di sekitar rumahku.Memang kuakui aku agak kesepian.

Sejak 5 tahun perkawinan, kami belum jg dikaruniai anak. Saat-saat suami tak di rumah aku sering khawatir dan cemburu, takut dia mencari perempuan lain yg bisa memberikan anak. Demikian pula saat suami sedang sibuk / lelah dan tak banyak ngomong, aku sudah cepat curiga dan cemburu pula.

Aku sering membesarkan hati sendiri, bahwa tak ada yg kurang dari diriku. Pakaian islami, tubuh sintal, kulit putih, ukuran payudara 36B, pantat pun masih montok, tak mungkinlah suamiku mencari wanita lain di luar sana.

Demikianlah pd suatu ketika karena aku ada sedikit gangguan kesehatan, aku pergi berobat ke sebuah poliklinik posyandu yg tak jauh dari rumahku.

Biasanya suamiku sendiri yg mengantar ke RS Medika Kuningan, tetapi karena sedang tugas keluar kota jadi aku harus ke dokter sendiri. Hari itu aku memakai jubah panjang yg berwarna putih serta jilbab berwarna merah muda yg jg panjang.

Saat aku turun dari angkot (kendaraan umum) nampak di ruang tunggu posyandu sudah penuh orang. Tetapi aku santai saja karena memang tak ada urusan yg menunggu sehingga harus buru-buru. Mas Wawan, keluar kota untk 1 minggu sejak kemarin pagi.

Aku jg tak perlu masak memasak. Kami berlangganan makanan dari tetangga yg mengusahakan catering.Sesudah beberapa saat menunggu, aku berasa kepingin ke toilet untk kencing.

Sesudah melalui lorong poliklinik yg cukup panjang dan kemudian deretan pintu toilet untk lelaki aku sampai ke toilet perempuan.Pada saat inilah peristiwa itu terjadi hingga melahirkan cerita ini.

Tanpa sengaja saat melewati toilet lelaki aku menengok ke sebuah toilet yg pintunya menganga terbuka. Aku langsung tertegun dan sangat kaget seakan tersengat listrik. Kusaksikan seorang lelaki sedang berdiri kencing dan kulihat jelas pancuran kencingnya yg keluar dari kemaluannya yg nampak tak tersunat.

Yang membuat aku tertegun adlh kemaluan lelaki itu. Aku anggap sungguh luar biasa gede dan panjang. Dalam pandangan yg singkat itu aku sudah berkesimpulan, dlm keadaan belum tegang (ngaceng) saja sudah nampak sebesar pisang tanduk.

Aku tak mampu membayangkan sebesar apa kalau kemaluan itu dilanda birahi dan ngaceng. Aku masih tertegun saat lelaki itu menengok keluar dan melihat aku sedang mengamatinya. Entah sengaja / tidak, dia menggoyang-goyangkan kemaluannya itu.

Mungkin untk menuntaskan kencingnya. Aku cepat melengos. Aku malu dikira sengaja untk melihatinya. Dan aku jg malu pd diriku sendiri, sebagai istri ataupun wanita sebagaimana yg aku gambarkan di atas tadi.

Tetapi entahlah. Barangkali lelaki tadi telah sempat melihat mataku yg setengah melotot melihat kemaluannya. Aku sendiri jadi resah. Hingga sepulang berobat itu perasaanku terus terganggu.Aku akui, oleh sebab peristiwa itu selama aku menunggu panggilan dari petugas poliklinik, pikiranku terus melayang-layang.

Aku tak mampu menghilangkan ingatanku pd apa yg kusaksikan tadi. Mungkin aku tergoda. Dan tak sebagaimana biasanya, libidoku terganggu. Bayangan akan seandainya kemaluan sebesar itu menembusi vaginaku terus mengejar pikiranku.

Jantungku terus berdegup kencang dan cepat. Entah apa yg kumaui kini. Kenapa aku jadi begini?! Seorang Ani Nurul Hidayah yg cantik, terhormat, dan alim tak boleh berpikir seperti ni !Bahkan kini aku mulai mencari-cari, siapa sebenarnya lelaki itu.

Kutengok-tengok di antara pengunjung yg berada di ruang tunggu dan jg sepintas yg ada di teras dan halaman kebun, tapi aku tak pernah menjumpainya lagi.Khayalanku bahkan terus bergerak menjadi demikian jauh.

Kubayangkan seandainya kemaluan macam itu berdiri tegak macam Tugu Monas. Dan aku berada di dekatnya hingga hidungku disergap aroma kelelakiannya sambil aku membayangkan menjilati kemaluan tegak itu. Ahh.. Tanpa sengaja tanganku memilin puting susu dari balik jilbab panjangku. Rasa gatal kurasakan pd ujung-ujung pentilku, begitu hebat.

2 hari kemudianAku sedang menyirami kembang di halaman saat aku dengar tukang pengumpul koran lewat depan rumahku, “Koran bekas.. Korraann…” teriakannya yg khas.Sudah lebih dari 3 bulan koran bekas numpuk dekat lemari buku. Aku pikir kujual saja untk mengurangi sampah di rumah.

Tanpa banyak pikir lagi, “Bang, tunggu, saya punya koran bekas, tuhh…” sambil aku beranjak memasuki rumah untk mengambilnya.Tapi ternyata koran sebanyak itu cukup berat. Kuputuskan, biar si Abang itu saja yg mengambilnya.

Kusuruh dia masuk sambil sekalian bawa timbangannya. Sesudah mengikatnya dgn rapi dan menimbangnya, dia memberikan Rp. 10.000, padaku untk harga koran itu.

“Terima kasih, Bu..”Dan aahh.. Kurang ajar bener nih Abang. Saat menyerahkan uang di ruang tamu rumahku itu tangannya setengah meraih dan kurasakan hendak meremas tanganku. Aku tarik secepatnya dan.. Aku kaget.

Bukankah ni lelaki yg kulihat di poliklinik kemarin. Orang yg telah membuat jantungku berdebar keras-keras. Semula aku hendak marah, tapi kini ragu. Hatiku bicara lain. Bukankah dia yg telah mampu membuat aku resah gelisah.

Bu Ani yg alim ni kini tertegu penuh birahi di hadapan seorang kuli pengumpul Koran bekas.Tak terelakkan mataku mencari-cari. Mataku menyapu pandang pd tubuhnya. Berbaju kaos oblong sisa kampanye Pilpres I yg berlogo salah satu calon presiden itu, aku memperhatikan gundukan menggunung pd selangkangan yg bercelana jeans kumel. Tapi bila dilihat lebih jelas lagi, ternyata Abang ni bersih dan.. Sangat jantan.

“Haahh… rasanya saya pernah lihat Abang ini, deh, ” begitu aku berpura kelupaan.Dia melihati aku dgn pandangannya yg tajam menusuk. Terus terang aku jadi takut dan bergidik. Mau apa dia ini?

Dan yg terjadi adlh langkah pasti seorang pejantan, “Yaa.. Aku melihat ibu di poliklinik itu, khan. Waktu itu ibu menengok aku yg sedang kencing?!”

Aku nggak setuju dgn tuduhannya itu. Tapi apa artinya. Toh terbukti dia telah menggetarkan jiwaku. Dan dgn penuh percaya diri yg disertai senyumannya yg mesum dia mendesah berbisik.

“Aku sering berselingkuh dgn perempuan di luar istriku, Bu. Aku tahu kebanyakan perempuan suka dgn apa yg aku punya. Aku sangat tahu, Bu, ” dgn bisik desah serak-seraknya tanpa ragu dia membanting dan merobek-robek harga diriku. Dan yg lebih hebat lagi.”Nih….. Ibu mau lihat?, ” tanpa ragu lagi di cepat membuka celananya dan mengeluarkan kemaluannya yg masih belum tegak berdiri.

Tapi aku sekarang menjadi sangat ketakutan.Bagaimana seandainya dia bukan hanya menarik hati saja tetapi jg berbuat jahat / kejam / sadis padaku. Apa jadinya? Ahh, dia telah melumpuhkan pertahanan diri ku yg berjilbab panjang ini.”Nggak, Bang.. Cukup. Terima kasih.

Sudah tinggalkan saya.. Tinggalkan rumah ini, ” kataku panik, cemas, takut dan rasanya pengin nanis / minta tolong tetangga.Tetapi semuanya itu langsung musnah ketika tanpa terasa tanganku telah berada dlm genggamannya dan menariknya untk disentuhkan dan digenggamkan ke batang kemaluannya yg kini telah bangkit membusung, dgn sepenuh liku ototnya, dgn semengkilat bening kepalanya, dgn searoma lelaki yg menerpa dan menusuk sanubariku.

“Lihat dulu, Bu.. Jangan takut.. Aku nggak akan menyakiti ibu, koq, ” bisiknya setengah bergetar, terdengar begitu penuh pengalaman dan sangat menyihir. Dan aku benar-benar menjadi korban tangkapannya seperti rusa kecil dlm terkaman singa pemangsanya.

“Lihat dulu neng…” sekali lagi diucapkannya.Kali ni dgn tangannya sambil meraih kemudian menekan bahuku untk bergerak merunduk / jongkok. Dan sekali lagi aku menjadi begitu penurut. Aku berjongkok. Dan kusaksikan apa yg memang sangat ingin kusaksikan dlm 2 hari terakhir ini.

Aku yg masih mengenakan jilbab panjang berwarna hitam ni kini tengah berhadapan langsung dgn kemaluan seorang pria yg bukan suamiku, dan aku tengah terangsang.Ini bukan saja pesona.

Ini merupakan sensasi bagi aku, Ibu Ani yg santun dan alim, istri manager yg jg insinyur itu. Kini aku bergetar. Dengan jantungku yg berdegup-degup memukul-mukul dada mataku nanar menatap kemaluan lelaki lain.

Sungguh aku terpesona. Kemaluan itu nampak sangat ‘ngaceng’ bak laras meriam yg lobangnya mengarah ke wajahku. Aku menyaksikan lubang kencing yg menyihir libidoku. Aku menyaksikan ‘kontol’ yg dahsyat.

Aku langsung lumpuh dan luluh. Aku terjerat kelumpuhanku. Demikianlah pula saat kusaksikan ujung meriam itu mendekat, mendekat, mendekat hingga menyentuh pipiku, hidungku dan bibirku. Yang kemudian kudengar adlh sepertinya ‘suara jauh dari angkasa’ yg penuh vibrasi, “Jilat, neng jilbab, isep.

Banyak koq ibu-ibu pengajian yg sudah menikmati ni juga. Isep kontolku, neng. Aku ingin merasakan bibir neng jilbab yg sangat cantik dan seksi ini. Aku ingin merasakan isepan mulut neng yg pake jilbab panjang ini”Tangan kanannya menekan kepalaku yg masih berbalut jilbab dan tangan kirinya mengasongkan ‘kontol’nya ke mulutku.

Bagaimana aku mampu mengelak sementara aku sendiri serasa lumpuh sendi-sendiku. Aku merasakan ada asin-asin di lidahku. Aku tersadar. Aku jadi sepenuhnya sadar tapi segalanya tengah berlangsung.

Aku tak mampu menghindar, baik dari kekuatan fisikku maupun dari tekad yg dikuasai rasa bimbang.Tidak lama. Mungkin baru berlangsung sekitar 1 / 2 menit saat ‘kontol’ itu terasa semakin mengeras dan memanas.

Mulutku penuh dijejali bongkol kepalanya yg menebar rasa asin itu. Sambil berdiri mengangkangi aku yg jongkok di depannya si Abang dgn sangat kuat mendorong-dorong kepalaku dan menggoyangkan pinggulnya mendorong dan menarik ‘kontol’nya ke mulutku.

Lagi, lagi, lagi. Hingga nyaris membuatku tersedak. Rasanya ujung ‘kontol’ itu telah merangsek maju mundur ke gerbang tenggorokanku.Kedutan-kedutan besar yg disertai semprotan-semprotan lendir kental yg hangat penuh muncrat ke haribaan mulutku. Aku tahu persis, si Abang telah menumpahkan air maninya ke mulutku.

Dan kemudian yg tak kuduga sebelumnya adlh saat dia memencet hidungku hingga dgn ngap-ngapan aku terpaksa menelan tuntas seluruh cairan kentalnya dan membasahi tenggorokanku.

Sepertinya aku minum dan makan kelapa muda yg sangat muda. Lendirnya itu demikian lembut memenuhi mulut untk kukunyahi dan terpaksa menelannya. Bahkan pd suamiku aku tak pernah merasakan macam ini.

Rasanya aku akan jijik dan tak akan pernah melakukannya pd Mas Wawan.Aku masih tertegun dan setengah bengong oleh rasa yg memenuhi rongga mulutku saat dia menggelandangku ke kamar tidurku.

Dengan tenaga kelelakiannya dia angkat dan baringkan tubuhku ke ranjang pengantinku. Entah kekuatan apa, aku tak mampu mengelakkan apa yg si Abang ni perbuat padaku. Dia lepasi busanaku.

Dia tarik hingga robek jubahku. Demikian pula pakaian dalamku. Tapi yg aneh, dia menyisakan bakutan jilbab panjang berwarna hitam tetap menempel di kepalaku.Dia renggut BH-ku seketika hingga aku jg yakin kancing-kancingnya lepas.

Dan tak ayal pula di renggut celana dalamku. Dia ciumi celana itu sambil menebar senyuman birahi dari gelora syahwatnya yg sedang terbakar berkobar. Kemudian rebah menindih tubuh telanjangku.
“Neng muslimah, biar aku buat neng ketagihan yaa.. Nikmati kontolku neng. Mahal nih.

Aku tak mau sembarang ibu-ibu aku layani.Aku hanya milih-milih saja, ” begitu suara orang yg dilanda prahara birahi sambil tangannya meremasi pinggul kemudian bokongku sementara bibirnya yg demikian tak terawat nyosor untk melumat bibirku.

Aku berusaha menolaknya. Rasa jijik dan enggan menderaku.Tapi sasaran berikutnya benar-benar membuat aku menyerah. Dia ‘kemot-kemot’ pentil susuku. Dia gigiti dagingnya. Entah berapa lama dia isepin dan tinggalkan cupang-cupang kotor pd seluru bidang dadaku, leherku, bahuku, ketiakku.

Kemudian jg turun keperut, ke selangkangan, ke pahaku. Adduuhh.. Ini sungguh sangat surgawi. Kenikmatan hubungan seksual yg belum pernah aku dapatkan dari suamiku.Dan ketika puncak birahinya datang, si Abang ni naik merangsek dan menindih kembali tubuhku.

Kurasakan ‘kontol’nya mulai menggosok-gosok paha dan selangkanganku. Aku sudah benar-benar terbius. Dorongan nafsu birahiku sudah berada di ambangnya. Aku sudah tak mampu lagi menahannya.

Kini desah, rintih, jerit tertahan keluar dari mulutku dan memenuhi kamar pengantinku yg sempit ini, “Tolonng baang.. Ayoo, Bang.. Aku sudah nggak tahaann.. Toloong.. Enak bangeett baang.. Aku cinta kontol abaang.. Biar aku minum lagi pejuh aba nanti yaa…” kuraih kemaluan besar itu dgn cepat dan kutuntun untuik menembusi kemaluanku yg sudah sangat menantinya.

Masih dlm upaya penetrasi, dimana ujung ‘kontol’ dahsyat itu sedang menerpa-terpa bibir kemaluanku ketika aku meraih orgasme pertamaku. Aku kembali menjerit dan mendesah tertahan. Kulampiaskan nafsu syahwatku.

Kurajam pundak si Abang dgn cakarku. Kuhunjamkan kukuku ke dagingnya. Rasanya kemaluanku demikian mencengkeram untk mempersempit kepala kemaluan itu menembusinya. Tapi rasa gatal ni sangat dahsyat.

Si Abang cepat menerkam bibirku sambil mendesakkan kontolnya dgn kuat ke lubangku.Begitu blezz.. Aku langsung diterpa orgasme keduaku. Ahh.. Inikah yg disebut orgasme beruntun? Hanya selang 10 detik aku mendapatkan kembali orgasmeku.Ternyata memang inilah.

Dalam hujan keringat yg menderas dari tubuhku dan tubuhnya selama 2 jam hingga jam 4 sore, aku mendapatkan orgasme beruntunku hingga sekitar 10 / 12 kali. Aku tak mungkin melupakan kenikmatan macam ini.

Mungkin aku tertidur karena puas dan lelah yg kudapatkan.Aku terbangun saat kupingku mendengar telpon berdering. Aku bangun dan lari untk mengangkatnya, “Jeng Ani, apa kabar..? Sehat? Aku sedang berada di pusat kerajinan di Balikpapan, nih.

Banyak barang-barang artistik disini. Pasti kamu senang. Mau dibeliin apa?, ” demikanlah kebiasaan suamiku kalau bertugas keluar kota. Dia selalu sempatkan mencari barang-barang kerajinan asli setempat.

Dia tahu aku sangat menyenangi barang-barang macam itu. Kasihan, sementara dia bekerja keras jauh dari rumahnya, dia telah kehilangan permatanya..Ternyata dgn gampang aku telah meninggalkannya dlm selingkuhku dgn si Abang.

Masih pantaskah aku menjadi istri yg alim dan terhormat?Kulihat si Abang telah pergi. Mungkin sebelum aku terbangun tadi. Tumpukkan koran itu telah dibawanya. Kulihat barang-barangku yg lain tak ada yg berubah dari tempatnya.

Ah, terkadang kita cepat curiga dgn orang lain yg kelasnya se-akan dibawah kita.Aku masih termangu hingga sore mengendap dan menggelap. Bibir dan dinding kemaluanku masih terasa pedih. Aku nggak tahu.

Aku ni menyesal / tak atas selingkuh yg telah aku perbuat. Bahkan aku jg lupa Mas Wawan mau belikan apa tadi?! Yang aku mencoba mengingatnya hanyalah sekitar 10 / 12 kali aku telah meraih orgasme dalm berasyik masyuk sepanjang 2 jam dgn Abang pengumpul koran bekas tadi. Mungkin itu akan menjadi rekor seumur hidupku.