Cerita Sex Ngentot Dengan Guru Yang Nakal

Cerita Sex ini berjudul “Ngentot Dengan Guru Yang Nakal” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.

Ceritasexindo – Nama lengkapku Rony Gunawan, sering dipanggil ” Ron “, kini usiaku 27 tahun, kisah yang kuceritakan ini terjadi sepuluh tahun yang lalu. Malam itu aku tidur lelap sambil tersenyum dan tak sempat kurasakan apapun, tapi ketika aku bangun karena Alarmku berbunyi tepat pukul enam pagi, baru terasa badanku pegal-pegal terutama lutut dan pinggangku, bahkan untuk bangun dari tempat tidurpun berat sekali rasanya… Jika kakak-ku tidak masuk ke kamar, memaksaku bangun, mungkin aku terus ketiduran. Dengan memaksakan diri, aku bangun dari tempat tidur, namun saat kuberdiri terasa lututku lemas dan bergetar, hampir aku jatuh terduduk… Baru setelah mandi badanku terasa agak segar.

Selesai berpakaian seperti biasa aku duduk di meja untuk makan. Tak lama kemudian Mbak Surti pembantu keluargaku seperti biasanya datang mengantar nasi kuning kesukaanku, tanpa terasa perasaanku mendadak tegang… sekilas kulihat wajahnya… rasanya tak ada yang aneh tapi langkah kakinya terlihat agak berat, ” Aman… “, pikirku. Ketika aku minta telor rebus setengah matang, dia menjawab dan berlaku seperti biasa saja, akupun makin yakin dia tak tahu apa yang terjadi semalam.

Akupun menjalani hari-hari selanjutnya seperti biasa, sikapku jika berdekatan dengan Mbak Surti tetap seperti biasa seakan tak pernah terjadi apa-apa. Padahal setiap saat aku selalu mencari waktu untuk mengulang perbuatanku dulu, tapi sulit sekali karena akhir-akhir ini dia sering tidur bersama kakak perempuanku. Sikapku selalu dapat kujaga tapi kontolku tidak, hampir setiap aku dekat Mbak Surti kontolku langsung berdiri tegang. Pertama masih bisa kutahan, tapi makin lama kutahan makin pusing kepalaku… aku tidak suka onani karena kupikir kenapa mesti pakai tangan jika ada yang lebih enak yaitu bersetubuh dengan perempuan.

Akhirnya aku dua punya sasaran baru, yaitu guru Matematikaku yang bernama Buk Mei, usianya 25 tahun,belum kawin, sesuai dengan namanya, kulitnya putih bersih dan bentuk tubuhnya sangat indah, tinggi langsing dengan buah dadanya yang besar tegak menantang dan teman wanita sekelasku yang bernama Devi. Wajahnya cantik, kulitnya putih sekali tapi yang lebih penting bagiku adalah ukuran buah dadanya paling besar diantara teman wanita sekelasku. Setiap hari aku memutar otak, mencari akal bagaimana caranya supaya aku bisa mencumbu salah satu dari mereka sampai puas.

Suatu hari, aku dipanggil ke ruang oleh Buk Mei dan aku dimarahi karena nilai ulangan Matematikaku hancur, padahal aku sengaja tidak belajar supaya diperhatikan sama Buk Mei. Saat itu aku beralasan kurang mengerti ketika diajari di kelas dan langsung aku minta les tambahan sama Buk Mei. Pucuk dicinta ulampun tiba, Buk Mei langsung setuju dan kamipun berunding mengenai tempat les, di sekolah atau di rumah.
” Bagaimana kalau di rumah Bu Indah saja?” usulku. Dia langsung setuju, saat itu pula baru aku tahu kalau Buk Mei tinggal sendirian di rumah kontrakan dan les dimulai sore hari itu juga setelah pulang sekolah.

Sorenya kuberangkat sekitar pukul 2. Kurang lebih setengah 4 aku sudah berdiri didepan pintu rumah Buk Mei dan belum sempat kuketuk pintunya guruku sudah membukakan pintu.

“Sore Bu,” sapaku berbasa-basi. Setelah membalas salamku langsung dia menyuruhku masuk untuk menunggu di ruang tamunya karena katanya dia mau kebelakang dulu. Tampaknya Bu Indah baru datang juga karena dia masih mengenakan seragam dinas Ruang tamunya cukup besar, tapi bersih dan tertata rapi juga kulihat beberapa photo keluarga. Sambil duduk di kursi tamu yang terbalut kulit dan empuk, aku menyiapkan buku Matematika untuk bahan les.

Selang beberapa menit kemudian Buk Mei datang lagi dengan segelas air es ditangan kanannya. ” Rony .. maaf yah…Ibu nggak punya apa-apa. Pembantu lagi mudik .. jadi nggak ada yang masak. Barusan aja Ibu dari rumah. Kamu siapin aja dulu bukunya..sambil baca-baca, Ibu mau mandi dulu sebentar.. nggak enak.. gerah nih!” katanya tanpa memberiku kesempatan ‘tuk membalas ucapannya.

Memang guruku ini nggak kaku kalau ngajar di kelas. Bahkan terkadang kalau ngomong kayaknya nggak terlalu ada jarak dengan murid. “Makasih Buk jadi mengerepotin .. “, aku berusaha melirik sedikit belahan buah dadanya di balik kemejany. Rupanya seragam warna hijau guruku sudah dilepasnya bahkan mungkin rencananya mau ganti baju dulu .. sebab kemeja putihnya sudah dikeluarkan dari balik rok. “Nggak apa-apa kok..”, balasnya sambil berlalu keruang dalam.

Dengan sengaja mataku mengikuti langkah guruku bertelanjang kaki ke ruang dalam. Kupandangi gerak pinggulnya saat berjalan..samar-samar terlihat cetakan celana dalamnya.. betis putihnya…hingga lenyap dibalik tembok pemisah ruangan. Tak lama kemudian terdengar gemericik suara siraman air. Oh Buk Mei … pikirku menerawang membayangkan guruku ini mandi telanjang tanpa benang sehelaipun.

Dalam benakku terbayang adegan erotis dengan guruku. Tanpa bisa ditahan gairahku meningkat .. organ kelelakianku menegang. Ohh …aku menghayalkan guruku sendiri.. Buk Mei. Sempat timbul pikiran kotorku untuk mencoba mengintipnya dari lubang kunci .. sebab aku ingat omongan guruku kalau pembantunya lagi mudik jadi nggak bakal ketahuan.

Tanpa terasa menunggu, Buk Mei sudah muncul di hadapanku dengan memakai kaus putih ketat tanpa kerah berleher V. Dengan rok sepaha ketat warna gelap, sungguh dimataku Buk Mei sangat menggairahkan, dengan BH hitam yang jelas membayang tanpa bisa menyembunyikan buah dadanya yang tegak membusung.

” Rony ..kamu kok bengong.. bukannya baca buku?” tanyanya sambil berjalan menghampiriku sambil mengikat rambutnya ke atas. Jelas sekali leher putihnya yang jenjang .. untaian anak rambut sedikit tergerai.
“Nggak Bu..,” jawabku sedikit gugup.

” Ayo Ron .. mulai… kamu bawa buku Matematikanya-kan?’” katanya sambil duduk di sofa panjang tepat di hadapanku. lalu diambilnya kertas kosong dibawah meja tamu dan tanpa sengaja untuk kedua kalinya aku mendapat kesempatan memandangi celah buah dadanya yang putih, menggelayut, tampak kontras di balik BH hitamnya ketika dia menunduk. Kali ini keberuntunganku cukup lama karena guruku sedikit membereskan majalah2 di bawah meja.

Gairahku membawa pikiran dan khayal-ku untuk menikmati kehangatan, keseksian, kesintalan tubuhnya. Aku hanya mengomentari dan berkata,
” Ya …ya .. ngerti Bu…!” dan tanpa disadarinya mataku dengan buas memandangi wajah molek sambil membayangkan dapat menjilati dan melahap payudara putihnya . Jelas perasaanku tak karuan … jantungku berdegup kencang .. tercium aroma parfum yang lembut dihidungku .. makin membuat dudukku nggak nyaman.. dan aku tahu apa sebabnya.

Hingga akhirnya Buk Mei .. memberiku soal latihan untuk dikerjakan,
”Coba Ron .. kamu buat ini .. soal yang tadi siang untuk PR . Ibu pingin tahu .. kamu udah ngerti belum?” kemudian dia berdiri sambil ngambil sebuah majalah dari meja sudut kemudian duduk di kursi sebelah kanan depanku. Sekilas kulihat dia membacanya sambil duduk miring menghadap ke arah jalan. Sambil mencoba menyelesaikan soal itu, kuperhatikan guruku membaca sebuah majalah Kartini. Kemudian kelihatan guruku merubah posisi duduknya dengan sedikit membelakangiku sambil menumpangkan kaki kanan dengan badan sedikit bersandar sambil memeluk bantal kursi.

Langsung aku menghentikan kegiatanku kupandangi guruku dari belakang… tampak benar bulat pinggulnya yang cukup besar ..oh sungguh indah pikirku. Terlihat pula sedikit celana dalam Merah Brenda bagian atas… karena kaos guruku yang sedikit terangkat. Selang beberapa saat aku terpana .. tiba-tiba Buk Mei menengok ke arahku…. lalu memperbaiki posisi duduknya.

Sepertinya Buk Mei sadar sedang diperhatikan, dia membereskan kaosnya lalu dia kembali duduk di sampingku. Jarak tubuhnya dengan tubuhku hanya sejengkal saja. Aduuuhhh… harum sekali wangi tubuhnya, tak tahan aku untuk memeluknya. Setelah kami berdiskusi tentang Matematika hampir tiga jam lebih, obrolan mulai melebar, kami semakin akrab. Sesekali kulit kami bersentuhan…. terasa halus sekali…. lain dengan kulit Mbak Surti, semakin membuatku ingin merambahi seluruh bagian tubuh yang dimilikinya.

Entah setan mana yang menggodaku hingga aku semakin berani. Tanpa basa basi, tubuh Buk Mei langsung kupeluk dengan kuat, secepat kilat bibirku menempel di bibirnya yang ranum…. dia kaget sekali…. matanya melotot…. ” Mmmphh Rony, apa apaan kamu… ” katanya sambil menggelengkan kepalanya untuk menghindari bibirku dan tangannya mendorong bahuku. kuciumi bibirnya dengan penuh nafsu…. kusedot sedot dan kugigit bibir bagian bawah… tapi mulut Buk Mei tertutup rapat…. Mmmmpphh….mmpphh… kepalanya menggeleng-geleng dan bergerak mundur berusaha untuk melepas ciumanku…. tapi bibirku terus menempel di bibirnya…. kucoba untuk merangsangnya lewat bibir.

Secara reflek aku menindih tubuhnya… selangkanganku tepat menempel di selangkangannya… menggesek gesek memeknya, badannya menggelinjang-gelinjang…. kakinya terus bergerak-gerak…. Tangannya mendorong dadaku dengan kuat, berusaha melepaskan diri dari tubuhku yang menindihnya, tapi aku tetap memeluknya dengan kuat…. hingga kurasakan gerakannya mulai berkurang… dan melemah….. sorot matanya berubah sendu…. dan berkaca-kaca……

Mulutku terus menutupi mulutnya… bibirnya kukulum sambil kusedot dan kugigit bibir bawahnya… kumainkan lidahku untuk membuka mulutnya… kucoba untuk merangsangnya… selangkangannya kutekan dan kugesek-gesek dengan selangkanganku… akhirnya usahaku membuahkan hasil..
Mulutnya mulai terbuka… nafasnya mulai memburu…. bibirnya bergerak membalas permainan bibirku… aduuuhh enakknyaaa… kamipun berciuman dengan normal, tanpa ada paksaan… ternyata Buk Mei, guruku yang cantik, sangat ahli dalam berciuman… lidahnya dan lidahku saling berpilin dan menarik… saling menyedot… enak sekali rasanya… pelukanku lepas dengan sendirinya dan tanganku menyelusup ke balik kaosnya mulai menggerayangi perutnya.. ketika buah dadanya kuraba-raba, Buk Mei mendesah, ” Rony, Jangannn sayang.. oohh… kamu nakaaa…lssttt awass ya…! oohh…. aahh… ssstt… aahh… “.

Sikapnya seperti ingin menolak tapi desahannya menunjukkan dia merasakan nikmat… aku jadi lebih agresif… tubuhku bergeser… mulutku berpindah sasaran… kuciumi lehernya yang putih… kujilat-jilat… tanganku semakin rajin mengelus… meraba… terdengar desahan lirih… “aaaaahhhh… aaaahhh…. ooohhh!!!!!….” kedua tangannya menjambak rambutku, kugeser perlahan-lahan kaos putihnya… dan tubuh Buk Mei semakin terbuka… tanganku bergerak ke balik punggungnya… kubuka kaitan BH-nya… ketika kubuka penutup Susunya, mendadak kedua tangan Buk Mei menepis tanganku dan menutupi dua gundukan yang menjulang dengan menyilangkan tangannya dan menurunkan kaosnya, sambil berkata, ” Cukup, jangan diteruskan lagi… Ingat ! Jangan kurang ajar !! “, matanya memandang tajam ke mataku sambil mendorong dadaku dengan kasar.

Aku kaget dan terdiam sejenak, ” Wah, bahaya nih, tapi kepalang basah “, pikirku dan nafsuku sudah di ubun-ubun… kontolku makin tegang dan berdenyut-denyut… aku benar-benar sudah nekat. Kutarik tangagn dengan kasar dan kuremasi susunyaa semakin brutal, Buk Mei mendesah keras” oohh…. aahh… ssstt… aahh…“.
Kupegang kepalanya dengan kuat… kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu… kedua tangan Buk Mei berusaha menahan tindihanku dengan mendorong dadaku… perlawanan itu membuatku semakin bernafsu… lehernya kutelusuri dengan lidahku… bagian belakang kupingnya kuciumi… kujilati… kugigit ujung kupingnya…

Tubuh Buk Mei menggelinjang-gelinjang… matanya merem sambil menggigit bibirnya sendiri… mulutnya berdesah tertahan, ” Ronyy… aahhh…. ooohhh…. Ron… aaahhhh… mmmm…. su..Udd..ah… ja…jangan.. diteruskan…aahh… ohhh… su..sudah…a..aa…aa..hhh… suu..dah..”

Desahan itu membuatku tambah lupa diri, tangan kananku kembali menyusup ke balik kaosnya, langsung kuremas buah dada Buk Mei yang sebelah kiri… waahhh… ternyata buah dadanya benar-benar keras dan kenyal… kaosnya kutarik keatas… tampaklah sepasang buah dada putih bersih dengan putingnya yang kecil berwarna agak kecoklatan… kusambut kedua gundukan daging itu dengan remasan dan mulutku.
Kujilat… kuciumi…dan kugigit sambil kusedot sedot puting yang kenyal itu… desahan Buk Mei terdengar semakin lirih.. ” Aaahhh…. ooohhh…..ooohhh…. ooohhh… mmmmmhhmmssst…ooohhh…mmmmm…. “, kedua tangannya mencengkeram rambutku dengan kuat… kepalanya semakin menyusup ke pojok sofa… matanya merem melek merasakan kenikmatan… buah dadanya terus kuremas-remas… kuciumi… ku urut-urut…. Aaaahhh nikmatnya… kugeser tubuhku ke sampingnya, kuturunkan kedua kaki ke lantai, sambil berlutut aku terus menelusuri setiap lekuk tubuh Buk Mei dengan mulutku, kujilat-jilat puting dan perutnya secara bergantian….

Tangan kananku berusaha membebaskan kontolku yang sudah sangat tegang dari penghalang, dengan sekali tarikan, seluruh kancing celanaku langsung terbuka… kontolku langsung keluar, berdiri dengan kokoh juga keras… kuturunkan celanaku perlahan-lahan tanpa sepengetahuan Buk Mei. Setelah itu, tangan kananku mengelus dan meraba-raba pahanya.. makin ke atas, hingga tiba pangkal pahanya yang masih tertutup Rok tipisnya.

Langsung kubuka roknya dan kuletakkan telapak tanganku dengan perlahan, kuusap-usap dengan lembut…. kugesek-gesek jari tengahku di celah bibir memeknya … tubuh Buk Mei langsung tiba-tiba tersentak, tangannya menggapai-gapai berusaha menarik tangan kananku… ” Boy… jangannn… oohhh…mmhhmm…. oh.. ja..ja..ngannnn…. mmhmm… oohhh…aaahh… Boooy…. mmmhhmmm… mmmhhmm…..”, desahannya makin keras… seperti merintih kesakitan… tangannya terus menggapai tanganku. Ketika tanganku terpegang, langsung ditariknya ke buah dadanya… sejenak ku ikuti kemauannya. Kedua buah dadanya kuremas sambil menyedot-nyedot dan menggigit putingnya.

Mulut Bu Indah terus merintih-rintih nikmat… tangan kananku terus berusaha membuka celana dalamnya, tapi selalu gagal karena pahanya dirapatkan dan tangan kirinya memegangi tanganku. Berkali-kali kucoba, tapi selalu gagal…. Mulutku kuarahkan kembali ke mulutnya… bibirku dan bibirnya menyatu… saling mengulum… menyedot…. menggigit… dan buah dadanya kuremas dengan kuat…. ” Mmmmmhhmmm…. mmmmhhhmmm….mmhhmmmmmm…. mmmhhmmm … “, dia merintih-rintih sambil berciuman. Kedua tangannya menjambak rambutku, kedua pahanya merenggang sendiri.

” Nah, sekarang “,kuambil gunting kecil dari celanaku, kutarik roknya lalu perlahan-lahan sekali dan tanpa menyentuh memeknya, sedikit demi sedikit kugunting bagian depan celana dalamnya dan aku berhasil tanpa disadari olehnya. Nafsuku semakin berkobar membayangkan kenikmatan saat kontolku keluar masuk lobang memeknya. Sedikit demi sedikit aku menggeser tubuhku ke antara dua pahanya, tanpa ada paksaan, kedua pahanya berhasil kurenggangkan hingga tubuhku ada diantaranya dengan posisi bertumpu pada lutut.

Tubuh Buk Mei kutarik sedikit demi sedikit ke pinggir sofa saat mulutku menciumi bibirnya. lalu lehernya kujilati… terus turun… ke buah dadanya… kumainkan lidahku di perut dan pusarnya… Tubuh Buk Mei semakin menggelinjang gelinjang dan rintihannya semakin keras,
” Ooohhhh… aaahhhh… ooohh… oooohhh…. aahhh…. Booy… aaahhhh…. geliiii…. oohhh…. aa..aahhkkhhh…..”. Ketika posisi lobang memek Buk Mei agak ke pinggir sofa, akupun mulai merangkak naik sambil mengusapkan ludah di kepala kontolku yang sudah sangat keras… bibirku dan bibirnya kembali bersatu… kami berciuman agak lama… nafasku dan nafasnya semakin memburu…

Kuangkat kaki kanannya lalu kuletakkan di atas meja, kedua pahanya semakin merenggang…lalu kugenggam batang kontolku, kuarahkan kepalanya tepat di depan lobang memeknya…, bulu-bulu tipis halus terasa menyentuh tanganku…. Aaahhh, belahan memek Buk Mei pasti terlihat jelas… bulu memeknya yang tipis halus tak mungkin akan menutupinya… sambil membayangkan bentuk memeknya, kudorong pantatku dengan sepenuh perasaan…. perlahan namun pasti…. kepala kontolku mulai menyentuh bibir memeknya…. masuk sedikit demi sedikit…..

Kualihkan perhatian Buk Mei dengan memainkan lidahku di Putingnya, ” Ibu montok sekali… maafin Rony Bu… Bu Indah sayaaangg… maafin Rony ya… ” bisikku, kugenggam keras tangan kanannya dengan tangan kiriku…., ” Ronny…. oohhh…aahhh…. sudahh yaa… aa..ahhh…. ooohhh…. jangan diteruskan…. Rony … please… su…su.dah … Ibu takuutt….”, rintih Buk Mei dengan lirih…. Pantatku terus kudorong…, terasa sebagian kepala kontolku sudah masuk ke lobang memek Buk Mei yang sudah basah dan licin tapi sangat sempit…. lalu kugesek-gesek dan kutekan perlahan… tangan kananku terus menggenggam batang kontolku… membimbing hingga semuanya masuk.

Kontolku semakin berdenyut-denyut… ketika kepala kontolku masuk…. tubuhnya tersentak… mata mendadak terbelalak kaget…. tangan kirinya menahan perutku menahan dorongan pantatku… tapi tanganku terus menggerak-gerakkan kontolku… kutekan sedikit… kutarik…. kugesek-gesekan ke itil nya… kutekan lagi… kuputar-putar… kugesek-gesek lagi itil nya… hingga dia meratap sambil merintih-rintih nikmat, ” Oooohhh…oohhh…aahh…oohhh….. Ronnn…. Ronnn…. ja..ja..nnggan… ooohh… oohh.. jangan….. mmmhhmmmmm… sakiiitt.. aahhh..uuhhh… sakkkiitt.. Ibu..nggak mau… Ronnn… oooohh… Ronnn… ohh niikk…maaattnyaa”..duuuh…nggg…akh…aahhh…mmhmm..nnggg…. uuhhh…”

Walaupun memek Ronnn sudah basah dan licin, kontolku hanya masuk sepertiganya… sempit sekali… ketika kudorong dorong pantatku lebih kuat, tubuh Ronnn bergetar…. rintihannya semakin keras seperti jeritan-jeritan keci, ” Ronnnyy…. aaahhhhhh……aa…aahhhh… uuuuhhhh….. uuhhh… ooohhhhhh….. aaaaaa…. sakiiittt….aww…..mmmmhhmmm……ooohhhh….. mmmmhhmm… nnggak mauu…. Ronnn…. sakiiittt….. Boy.. Ronnn…Ronnyy….. RonnnRonnnyyyy……ohhhhhhhhhhh. aaaaaaaaaahhhh…..”

Buk Mei menjerit-jerit kecil memanggil namaku ketika doronganku semakin kuat…. semakin kuat…. hingga akhirnya kontolku masuk setengahnya, kutarik lalu kudorong lagi lebih kuat, baru masuk 3/4 keburu mentok, terasa kepala kontolku menyentuh dinding yang bergerinjal-gerinjal, saat itu Buk Mei merintih agak panjang….
Crep..crep crepp… crepp…. bleessssss…… terasa sekali nikmatnya jepitan dinding memek Buk Mei…
” Aaahhh….aahhhh…. enaakk…. nikmattt…. “, kontolku terasa agak perih…. tiba-tiba ada cairan hangat merendam kontolku…. hangat dan licin nya mendatangkan kenikmatan tersendiri….

Kulihat kepala Buk Mei mengeleng-geleng dengan kuat… rintihannya menjadi tidak jelas.. seperti orang mengigau…. menangis lirih…. kutegakkan tubuhku sambil kupegang pinggangnya yang kecil dengan kedua tanganku lalu kumulai gerakan menarik… mendorong menarik… dorong…. tarik….
Crepp… Blesss…. Creppp… Blessss… Creppp….Crepppp…. Crepppp….. tampak sekali pemandangan indah ketika kontolku keluar masuk memek Buk Mei, Crepp…Creppp…. Creppp…. Creppp… blesss….blesss…. blessss….. anganku melayang dibuai kenikmatan aneh… biar lobang memek Buk Mei sempit sekali tapi kontolku keluar masuk dengan leluasa… karena adanya cairan pelicin.

Buk Mei pun semakin tak jelas rintihannya, kadang nadanya seperti menangis… mulutnya menggigit-gigit tangannya yang mengepal…, ” nghhhh….nghhhh….ngggnggh….. aa..aa..ahhhh….. eekh.. aahh… nggg…ngggg… mmhmm…. o..o..oohhhh… ngghh…. Booooy… sssakiit… nggnggg…. aww… oohh….. Ronnn… pelaan… pe..pe..laan….. aaaaaaaaaaaa..aaaahhhhhhhhh…nnggngg…. aaahhhhhhhh……… “

Gerakanku semakin kupercepat… terusss… makin cepaatt…. sesaat kemudian Buk Mei merintih histeris, sambil melingkarkan kedua kakinya di pinggangku… mulutnya terus merintih nikmat sambil menjilat dan menggigiti kuku tangannya…. saat itu pula kembali kurasakan ada cairan hangat merendam kontolku di dalam lobang memeknya….. kedua kaki Buk Mei menjepit pinggangku dengan kuat hingga tak bisa bergerak beberapa saat…. ” Ronny… roooy… aahhh…ohhh…. ka.. ka..mu jahaat.. aaakkhhh…. akh…. Booooy….. enaaaak…. aa..aaahh… oohh… “, desah Bu Indah.

Kugeser tubuhnya memanjang di sofa, kedua kakinya terlipat, kutindih tubuhnya sambil memasukkan kontolku…. dan setelah kugeser-geser posisiku hingga terasa nyaman dan leluasa, akupun mulai menggerakkan pantatku naik turun….
crepp..blesss..creppp..blesss….creppp..blesss… creppp… creppp…creppp… crep..crepp..crepp.. crepp… gerakanku semakin cepat, tubuh Buk Mei menggelinjang-gelinjang liar… kedua kakinya melingkar dan menjepit pinggangku… kedua tangannya mencengkeram punggungku…. lidahku menari-nari di lobang kupingnya… nafasku semakin memburu.. gerakanku semakin cepat…. cepaaat…. makin kuat hentakanku….

Bagian dalam memek Buk Mei terasa semakin basah dan hangat, kurasakan kontolku mulai berdenyut-denyut dan terasa sangat geli… inilah saat paling kutunggu… rasa geli yang amat sangat diakhiri dengan keluarnya air mani…. kuperlambat sebentar gerakanku…. lalu kupercepat lagi…. kupercepat lagii…. semakin cepat gerakanku membuat rintihan Buk Mei semakin pendek tak menentu, ” mmh.. ugh.. ugh… ugh…aa..a..aahhh.. ngnggg.. uuhh….oohh… mm..mm..mm.. ngng… ohh..ohh.. ohh.. nnngg… eekh… aahh..ahh…mmhh… te..te..te..rus.. te..te..ruus.. oohh.. aahh…aahh.. Bbbooyy… Bbooyy… ah..ah.. sa..sa..yanggg…aahhh… laagii… teruusss.. ehhh… ehh… aaahhh.. “.

Mulut Buk Mei bergerak ingin mengulum kupingku… lidahnya terasa menggelitik lobang telingaku…. tak lama kemudian kontolku berdenyut keras… ingin memuntahkan air mani…, ” Aaahhhhhh…. aaahhhh…. aa..aa..aaahhhh…. akuu.. tak kuat lagi Buuuuuuuu….. ” gerakan naik turunku semakin cepat….rasa geli semakin terasa… kontolku makin tegang… berdenyut-denyut….

Buk Mei semakin histeris, mendadak pantatnya mengangkat dan bergoyang…. memutar…,
” Aaakh… aaaaa….Booooy…….. sa..yang….ta…taa.. oohhh… tahannn… se…se…bentarr…. ta..ta..hannn……eee..eennaaakk….ooohhh…. oohhh…. mmmhhmm….oooohhhh…… aaaaaahhh……..”
” Aaaaahhhhh…. aaahhhh….. Ibuuuu…. aaahhh…ahh…”, kudorong pantatku sekuat-kuatnya…, air maniku menyembur banyak sekali cret…cret…cret…cret…cret…cret…cret… kupeluk tubuh Buk Mei sekuatnya…, mataku terpejam merasakan kenikmatan tiada tara yang barusan terjadi….., demikian juga Buk Mei ketika maniku menyembur di dalam memeknya… badannya seperti menggigil dan tersentak-sentak… kedua matanya terbeliak-beliak nikmat……, kedua kakinya melingkari pinggang dengan kuat….. kedua tangannya mencengkeram punggungku sampai kukunya menancap, kureguk seluruh kenikmatan sambil kami saling memeluk, mencium sambil berguling-guling untuk meredam nafsu dan emosi yang sangat tinggi.

Setelah kurang lebih sepuluh menit saling berpelukan, aku mulai bangkit, kuangkat tubuhku, perlahan-lahan kucabut kontolku dari lobang memek Buk Mei. Air maniku terlihat mengalir keluar, menetes…. Lalu kubersihkan dengan mengusap-usap celah memeknya yang merah merekah yang hanya ditutupi bulu bulu halus dengan potongan celana dalamnya.

Tubuh Buk Mei masih tergolek lemas… tak bertenaga…. tapi tatapan mata Buk Mei mengarah tajam kearahku… aku mencoba untuk tersenyum… sambil menjulurkan tangan menolong untuk bangkit. Tak lama Buk Mei duduk disampingku tanpa membereskan bajunya terlebih dahulu, buah dadanya hanya tertutup sebelah saja, roknya tidak diturunkan hingga Celana dalamnya tidak tertutupi sepertinya dia tidak mala-malu lagi padaku, tapi matanya terus menatapku….

” Ibu marah…. ? “, tanyaku sambil tersenyum lalu mendekatkan bibirku ke bibirnya…, tapi tiba-tiba plokk…plokk… kedua pipiku ditampar keras. Aku berdiri bengong sambil mengusap-usap pipi, tadi dia bilang sayang, tapi sekarang menamparku…. eeh… setelah menamparku Bu Indah tertunduk sambil menangis di di depanku. Aku jadi bingung….., aku tidak mau tahu…. pokoknya aku berhasil menyetubuhinya dan aku benar-benar puassss.

Tanpa berkata sepatah katapun, aku memakai celanaku kembali, langsung membereskan buku catatan les Matematikaku, bersiap untuk pulang. Tiba-tiba Buk Mei berlari masuk ke kamar tidurnya sambil menangis. Semula aku sih cuek-cuek aja…, lama kelamaan aku menjadi tidak tega…. kuikuti masuk kamar tidurnya…. kulihat…. dia sedang menangis sambil tengkurap sambil memeluk bantal, kaos dan roknya tersingkab, sebagian pantatnya ke bawah terlihat jelas, kulitnya bersih, putih mulus, bagian pantatnya yang lain masih tertutup celana dalam merah tapi sudah sobek digunting dan bagian punggungnya terbuka. Sepertinya dia sudah tidak memperhatikan lagi keadaan dirinya.

Aku duduk di sisi tempat tidur, sambil menunggu reaksi, kuperhatikan sekeliling kamarnya, hampir semua barangnya bagus dan bermerk. Tempat tidurnya empuk sekali, pegasnya sangat elastis, isak tangis Buk Mei pun cukup terasa membuat kasur seperti bergelombang. Stereo set, TV, meubel, lukisan, tumpukan sepatu dan peralatan kosmetiknya termasuk merk yang sangat mahal.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, nggak terasa sudah lima jam aku berada di rumah Buk Mei. Hampir lima belas menit aku menunggu, tapi isakan Buk Mei belum berhenti juga. Ketika aku duduk di sampingnya, kucoba memegang tangannya, uluran tanganku langsung ditepis olehnya. Tanpa disadarinya potongan celana dalam yang menutupi sebagian pantatnya terbuka… seluruh pantat sampai ke kaki terlihat sangat jelas.

Iseng-iseng kuperhatikan dari kaki hingga pangkal pahanya, kulitnya putih bersih merata, mataku terpaku di belahan pantatnya…. terlihat jelas lobang anusnya tertutup rapat dan disebelahnya tampak celah yang merekah berwarna merah muda dikelilingi bulu-bulu halus… membuat aku terangsang oleh pemandangan yang terpampang jelas di depanku, kurasakan kontolku bergerak mulai menegang…… kucoba mengalihkan perhatian dengan memandangi lukisan tapi kontolku malah semakin tegang.

Pusing aku jadinya……. tampaknya Buk Mei marah padaku……. akhirnya kutimbang-timbang antara pulang saat itu juga atau menunggu sampai kemarahan Buk Mei reda. Tapi pikiranku semakin sulit diajak kompromi, perhatianku tetap tertuju pada celah itu…… terbayang nikmatnya ketika kontolku keluar masuk celah itu….
Apakah Buk Mei masih mau kusetubuhi selagi dia masih marah padaku.. tapi.. jangankan kusetubuhi, baru kupegang tanganpun dia tak mau…..“, pikirku.

Diam-diam kucopot kancing celanaku satu per satu, kubuka seluruh penutup tubuh hingga telanjang bulat…. perlahan-lahan kugeser tubuhku mendekati pantatnya…. Tempat tidur pegas Buk Mei benar-benar asyik…. Sedikit gerakan membuat permukaan kasur bergoyang seperti gelombang. Buk Mei tahu aku mendekatinya… dia malah menutupi kepalanya dengan bantal…. tapi aku tak perduli.. yang kuperhatikan hanya lobang memek yang merekah berwarna merah muda di belahan pantatnya.

Sambil menunggu saat yang tepat, kucoba bersikap baik, kuusap-usap punggungnya dengan lembut…. perlahan kutarik tali BH-nya lalu kulepas….. kaosnya kurapikan sehingga punggungnya tertutup ternyata Buk Mei tidak menunjukkan gerakan menolak perbuatanku…. akupun semakin berani…. Roknya kurapikan…. kuturunkan seluruhnya menutupi pantatnya, kupijat-pijat lembut kakinya sambil menggeser sedikit demi sedikit supaya renggang…. lalu aku tengkurap di sebelah Buk Mei….

Aku mengangkat tubuhku perlahan-lahan… kutindih punggungnya… sambil kubelai lembut rambutnya… bahu Bu Indah terguncang-guncang… isak tangisnya makin keras… dikiranya aku akan menghiburnya, padahal kugeser pantatku sedikit demi sedikit sambil kulepas roknya….
Kusibakkan semua yang menutupi belahan pantatnya… hingga lobang memeknya yang makin merekah terlihat jelas… akupun jadi tidak sabar ingin menusukkan kontolku ke lobang yang sudah menganga itu.

Kubasahi kepala kontol dengan ludah…. perlahan-lahan kuangkat pantatku hingga tepat di atas pantatnya… dan kurapatkan kedua kakiku diantara kakinya…. kugenggam kontolku…. kuarahkan kepalanya tepat di bibir lobang memeknya…. pantatku turun pelan-pelan…. tanpa ragu-ragu langsung kudorong…. Akh, kontolku sulit masuk… seret… masih kering dan sempit… ada rasa perih di kontolku.

Saat itu tubuh Buk Mei tersentak…. dia kaget sekali… merasa ada sesuatu menyentuh bibir memeknya dan memaksa masuk…. tubuhnya langsung meronta-ronta… ingin melepaskan diri dari tubuhku….. tubuhnya bergeser maju… berusaha untuk menghindari dorongan kontolku… kedua kakinya tak bisa apa-apa karena tertahan oleh rok dan kakiku…. sambil menahan tubuhnya… kudorong kontolku dibantu tangan kananku… hingga pada dorongan keempat, kontolku masuk setengahnya… kudorong lagi…. kutekan sedalam dalamnya sampai mentok….

Buk Mei semakin meronta.. kupeluk tubuhnya dengan cara menyilangkan kedua tangan sambil mencengkeram buah dadanya yang kenyal dan keras… lalu kuremas-remas dengan lembut…. kedua putingnya kutarik-tarik dan kupuntir-puntir… mulutku menjilat-jilat dan menciumi tengkuknya sampai basah… kujilat hingga ke belakang kupingnya…. kugigit-gigit ujung kuping…..

Gerakan meronta tubuh Buk Mei makin melemah… kutekan pantatku dengan kuat sambil kuputar-putar…. hingga tubuh kami bergoyang-goyang.. pegas tempat tidur ini memang sensitf sekali sedikit saja bergerak langsung terasa seperti diayun-ayun… aku merasakan kenikmatan bersetubuh yang unik di tempat tidur ini… kulihat mata Buk Mei berkaca-kaca…. dia menangis… merintih-rintih kesakitan…… ” Nngg…nnggng… uuhhuu….uuuhhh…nggg… aduuuhhh… sssssssakiiiitt….. nngg…… aaaaa….aaa….”

Tubuhnya tengkurap tak bergerak…. tangannya menjuntai lemas…. pelan-pelan kutarik kontolku… aduuhh sempit sekali… rasanya seperti di jepit… kudorong lagi pelan-pelan…. kutarik…. kudorong….. kutarik….. creeeeeeep… creeeeeeep… creeeeeeep… creeeeeeep….. creeeeep……. seret sekali……

Kucabut kontolku lalu kubasahi lagi dengan ludah…. kumasukkan lagi…. Nah, sekarang agak licin. Terasa buah dadanya makin mengeras… putingnya kupijit dan kupuntir…. samar-samar kudengar rintihan kesakitan Buk Mei berubah menjadi rintihan nikmat… akupun mempercepat gerakan naik turun sesuai ayunan pegas tempat tidur ini… pantat Buk Mei bergerak seperti membalas gerakanku….
Bergoyang, menarik dan mendorong… rintihannya semakin jelas dan keras…

Dia merintih, ” Aa..ahhhh… aahh.. mmmhhmm… ooohhhh… ooohhhh.. ooohhh… a.. aa..a.. aahhhh…” tak lama kemudian terasa ada cairan hangat membanjiri seisi memek Buk Mei…. kontolku semakin lancar keluar masuk… menggesek-gesek dinding memeknya… mulai terasa nikmat… gerakan naik turunku semakin cepat… Aku semakin bernafsu… creepp…creepp…creepp…creepp… creepp… creepp… creepp…. creepp.. creepp.. creepp… dan terasa dinding memeknya seperti berdenyut.

Bu Indah semakin histeris… ” A..aa..hhh….aa…aaa..aahhhh… Sakitttttt…. ooohhh…ooohhh… aa…aa..aahhh…. mmmhhhm…aahhh…ooohh…oohhhh…. Enakkkkkkkk… a..aa..aaahhhhh…. te…tee..russs… Sayangggg… llagii.. laagii… oohhh…. “, Mendengar rintihan tak keruan itu, aku makin liar… kuangkat tubuhku lalu kutahan dengan sebelah tangan sambil kujambak rambutnya…. gerakan naik turunku makin cepat…. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. dengan gaya seperti joki sedang menunggang kuda.

Tangan Buk Mei yang semula terjuntai lemas menggapai-gapai ke kakinya menarik-narik roknya… dia ingin kedua kakinya bebas bergerak… Akupun mengerti… lalu kucabut kontolku dengan cepat dan Buk Mei menjerit kecil ” Ja..jangan..dilepass sayanggg….” tubuhnya meronta-ronta… cepat-cepat kutarik rok panjangnya juga celana dalamnya

Buk Mei langsung membalikkan tubuhnya sambil mengangkang dan tangannya menarik pinggangku… dengan tergesa-gesa kumasukkan kontolku ke lobang memeknya… kutekan dengan kuat…. kutarik…. lalu kutekan dengan kuat…. bibir kami saling mengecup….menyedot…. gerakanku semakin liar…….creeppp… creepppp…creeeppp….
Kutekan kontolku sampai mentok… creeeeeepp… ” Honeey…. aahhhh… ooohhhhh…. oohhh….ooohhh….. enaaakkk….. ooohhh… Sayangg.. terruuss… te..tee..rrusss… ooohhh….memek ibuk pennuh sama kontol kamu. “, Bu Indah merintih rintih dan menjerit histeris… matanya terbeliak-beliak

Tiba-tiba Buk Mei mendorong tubuhku dengan kuat hingga kontolku terlepas….
” Sudah ah… ” katanya dengan bibir bergetar, kemudian kedua tangannya menutupi mukanya dengan kedua kaki masih mengangkangi tubuhku. Akupun ikut diam tapi untuk beristirahat memulihkan tenaga. Ketika aku bersiap kembali memasukkan kontolku, Buk Mei berkata dengan lirih,
” Boy, sudah ya…, Ibu mohon jangan diterusin… Ibu takut hamil..” dengan kedua tangan menutup memeknya, dia berusaha duduk sambil menarik mundur pantatnya menjauhi kontolku…

Akupun berdiri di tempat tidur sambil mengusap-usap kontolku yang masih berdiri tegak, sambil duduk Buk Mei memandangku dengan sayu dan berkata, ” Terima kasih Boy, kamu mau ngerti “.

Tanpa berkata apa-apa, aku bergerak mendekatkan kontolku ke wajahnya…. kupegang kepalanya… kudekatkan kontolku ke mulutnya, rupanya Buk Mei mengerti kemauanku, dia menggelengkan kepalanya,
”Nggak..Ibu nggak mau !”. Kupegang kepalanya dengan kedua tanganku… kutempelkan ujung kontolku ke bibirnya…. kudorong-dorong…. Mulut Buk Mei tertutup rapat….
” Ayolah, sebentar saja Bu…”, kataku sambil duduk di depannya, Bu Indah tetap menggelengkan kepalanya, sambil berkata
”Nggak…nggak mau… pokoknya nggak mau… jijik….!”.

Aku jadi gemas, kutarik tubuhnya hingga menindih tubuhku, kupeluk tubuhnya lalu kucium bibirnya…, sampai akhirnya dia membalas pelukan dan ciumanku. sekali dia berhenti menciumku… dia hanya memandangku…. tangannya mengusap-usap rambutku….

Tanpa disadarinya, aku mengarahkan kontolku ke lobang memeknya. Ketika posisinya sudah tepat, kuangkat pantatku mendorong dan blesssss…. kontolku langsung masuk, tubuh Buk Mei tersentak, dia berusaha mengangkat pantatnya… tapi pingangnya kutahan dengan kuat… malah kutekan kebawah hingga kontolku hampir masuk semua… Bu Indah mendesah,
” Booy… aa..aaahhh… kamu memang nakaal… Booy… oohhh.. aaahhhhh….”

Lalu kami saling pandang, lama… tak ada yang bergerak diantara kami…. Buk Mei menundukkan kepalanya… dia mencium bibirku lembut sambil berkata ” Kamu memang nakal.. jahil… kamu nggak mudah menyerah rupanya… nggak mau nurut sama omongan saya sekarang lepasin tangan kamu.. kalo nggak… awas !”.

” Tapi Bu… ” kataku, sambil mengerak-gerakkan pantatku keatas… dan menekan-nekan pinggangnya ke bawah… hampir seluruh batang kontol masuk ke dalam memek Bu Indah… saat kepala kontolku menabrak dinding paling dalam, Bu Indah menjerit kecil, badannya bergetar….

Diapun tidak bisa menyelesaikan kata-katanya dengan benar, malah jadi merintih nikmat, ” Nggak ada tapi-tapian, kamu mau lepas nggak ? Ntar Ibuk la..lapor…. aaahhhh… aaww…. sstt…. ooohhhh…. ntar… Ibu.. laporrrinn… ssama… aww… ppo.. mmhhmm…aaahhhh.. polisssiii… aahhh…. ooohh… aaahhh…. aww.. aaaaaaaaaaaaaahhhh… sssstt….. aahhh…. ooohh… aa..aaww…. Bbooy… terusss…. aaahh… oohh…. Sayanggg…. OhhmayGOD Enakk bangett ahghhhhh uhmmm ohhhh ahhhh yess…. aa..aaaaaww…. aaahhh… ooohhh…. te..teruuss… teruuusss… oohh… aahh… oohh..oohhh.. eeenaaakk… aa..aaaww… lagiii… enaak.. ssaayyaang….”

Kudorong tubuhnya supaya tegak, hingga posisinya seperti sedang berjongkok diatas kontolku dan pantatnya kutahan dengan kedua tanganku, kuhentak-hentak… kudorong.. pantatku keatas dengan kuat, aduuhh nikmat sekali… makin lama makin terasa sempit dinding memeknya yang paling dalam dan ada sesuatu yang bergerinjal-gerinjal menjepit kepala kontolku….
Aku merasakan suatu kenikmatan yang baru… kutekan pantat Buk Mei ke bawah… kutahan beberapa saat… kurasakan kepala kontolku terjepit dinding yang bergerinjal-gerinjal… aku terdiam… mataku terpejam… nikmaat…. enaaakk… saking nikmatnya… akupun mendesah, ” Buuu… enaak sekaliiii…. ssstttt…. aahh… Ibuuu..Buu.. Indaahh… gelii… enaaak… ayooo…dong… gerakin lagi pantatnya… yaaa…. saayyanngg… yaa…”

Kulihat dia merintih sambil menggigit bibirnya, matanya terbeliak-beliak… merem-melek…. setiap kepala kontolku menyentuh dinding memeknya yang paling dalam… tubuhnya tersentak dan gerakannya semakin histeris… pantatnya naik turun dengan cepat…. rintihannya semakin keras… diselingi jeritan kecil setiap pantatnya menekan ke bawah… ”
Sayanggg… aah.. ooohh.. oohh… aa..aaaak…. aahh…aaahhh… aa…aaa..aaaww…. enaak….” Akhirnya ketika Bu Indah menekan pantatnya dengan kuat, hingga kepala kontolku dijepit dinding bergerinjal-gerinjal, mulai terasa ada rasa geli luar biasa…. kontolku berdenyut-denyut…. terasa air maniku akan keluarr

” Buuu..Buu Buk Mei.. Ronny keluarrrinn…dida..aa.lamm yah ohhh aduuhhh… geliii… ” rintihku.

Bu Indah menggerakkan pantatnya maju.. mundur… lalu berputar.. maju lagi… ke kiri.. ke kanan… diangkat sedikit… terus maju lagi… berputar lagi… kontolku terasa dipilin-pilin… diurut-urut…. disedot-sedot… rasa geli itu semakin kuat… makin kuat…. nikmat bercampur geli…

Tiba-tiba tubuh Buk Mei menyentak-nyentak sambil menjerit kecil,
”Iyah….h ahhhh teka…n..ahhhh enakk.. dalamdalam saya……ng.. Stthhh ahh ohh Keluarin didalam memek aku” tubuhnya menindihku…. pantatnya menekanku dengan kuat….
Bersamaan dengan itu…
” Aaaaaaahhhhhh…… ” kontolku menyemprotkan air mani ke dinding memeknya berkali-kali… cret… cret… cret… cret… cret… cret… cret… aaahhh.. nikmatnya……. tak terasa tubuh kami berguling-guling… sambil berpelukan dan berciuman… mereguk seluruh kenikmatan dari persetubuhan ini.

Selama dua puluh menit, kami terdiam sambil berpelukan…. Ketika aku akan mencabut kontolku dan melepaskan pelukan, Buk Mei merintih manja, ” Ntar aja… jangan dulu..Ibu masih ingin begini..ya.. sayang… “, sambil mengecup bibirku dan mengusap-usap rambutku dengan penuh kelembutan,

Tak lama kemudian, secara bersamaan kami saling melepas pelukan dan sama-sama tergolek lemas bersebelahan sambil memejamkan mata…. Ketika aku membuka mata, ternyata Bu Indah sedang memandangi aku sambil menahan kepala dengan tangannya dan dia tersenyum, sambil mencolek hidungku dan berkata,
” Kamu ini memang anak kurang ajar… nggak punya kesopanan… umur kamu berapa sih…? “. Melihat sikapnya yang ramah disertai senyum, aku jadi berani, kujawab sambil mengecup tipis bibirnya, ” Ibu nggak usah nanya umur deh, yang penting, aku suka sama Ibu “.

Dan dia menindihku sambil membalas kecupanku,
” Kamu ini ngomong kaya udah gede aja“Ucapnya
”kenapa sih kamu suka sama Ibu ” lanjutnya.
” Kok nanyanya gitu, Ibu mau apa nggak disukain sama Rony.. ? ” aku balik bertanya.
” Kalo kamu udah gede, Ibu pasti mau… sekarang Ibu pengen tahu kenapa kamu suka sama Ibu ? ” katanya penasaran, sambil memencet hidungku.

” Nggak ah.. ntar Ibu marah kalo Boy jawab..” kataku.

Dia langsung menjawab,
” Nggak, Ibu nggak bakalan marah.. sumpah “.
” Sumpah apa ? ” tanyaku,
” Sumpah ini… ” katanya sambil mencium bibirku dengan lembut. Tanpa kami sadari, telah terjadi keakraban diantara kami sepertinya kami pasangan yang sebaya.

Sambil membalikkan tubuhnya, kujawab,
” Boy suka sama Ibu karena……. “,Aku tidak meneruskan jawabanku, dia makin penasaran,
” Karena apa… ? “, katanya sambil cemberut.
” Karena…. Ibu baik…. cantik… terus.. karena ini…. dan ini… ” kataku sambil menunjuk dadanya dan mengusap-usap memeknya.
” Ihhh… jangan nakal… nanti Ibu tampar lagi… mau..? “, katanya sambil melotot tapi mulutnya tersenyum manis lalu dia menciumku lagi.

Kami berciuman lagi… sambil memelukku Buk Mei berbisik mendesah di telingaku,
” Ibu sayang kamu…. kamu jangan pulang .. masih banyak yang ingin Ibu omongin sama kamu… sekarang kita istirahat aja ya…”.

” Ya deh, gimana ibu aja “, kataku sambil membalas pelukannya.

Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, tak lama kemudian kami tertidur sambil berpelukan